Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Berkat Teknologi Vape Terus Dikembangkan, Bukan untuk Menambah Jumlah Peroko Tapi Kurangi Resikonya

        Berkat Teknologi Vape Terus Dikembangkan, Bukan untuk Menambah Jumlah Peroko Tapi Kurangi Resikonya Kredit Foto: (Foto: Ecigsuk)
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Relx perusahaan vape yang diisi oleh modal ventura terkemuka seperti Source Code Capital, IDG Capital, dan Sequoia Capital terus mengembangkan teknologi dan inovasi rokok elektrik untuk memberdayakan konsumennya melalui pengembangan produk di atas standar yang ada.

        GM Relx Indonesia, Yudhistira Eka Saputra mengatakan bahwa dengan misi memberdayakan perokok dewasa melalui teknologi, produk dan ilmu pengetahuan secara etis, Relx secara mandiri mengembangkan dan memproduksi rokok elekriknya sendiri

        "Kami menyediakan produk dengan resiko jual lebih rendah, selain itu ketentuan pemasaran sesuai peraturan yang dikeluakam oleh pemerintah dan mengacu pada inovasi inovasi tidak hanya produk" kata Yudhistira.

        Baca Juga: Cegah Akses kepada Anak-Anak, Pengawasan Harga Rokok Harus Diperketat

        Yudhistira menambahkan, tren saat ini konsumen generasi milenial sudah beralih ke produk kekinian seperti Relx yang awareness terhadap teknologi.

        Selain itu generasi yang jauh lebih mapan atau tua juga kecenderungan penggunaan Ipod semacam produk Relx penggunaannya cukup tinggi.

        "Intinya kami tidak menciptakan perokok baru tapi untuk mengurangi resiko berbahayanya merokok konventional. Hal ini dilakukan di pusat Penelitian dan Pengembangan (Litbang) dan pabrik demi menyediakan alternatif yang lebih baik bagi perokok dewasa, yang memiliki keinginan untuk berhenti" kata Yudhistira.

        Dari data Public Helath England dikatakan bahwa rokok elektrik 95 persen lebih tidak berbahaya bagi kesehatan daripada rokok konvensional.

        Kondisi itulah, lanjut Yudhistira, yang mendorong Relx meningkatkan kehidupan perokok yang merasa sulit untuk berhenti merokok, dan merancang produk yang memungkinkan mereka mengadopsi alternatif yang lebih baik.

        Baca Juga: Wujudkan Kesehatan Nasional yang Merata, Enseval Manfaatkan Teknologi EMOS

        Relx kata Yudhistira telah mengoperasikan lab standar CNAS pertama yang dimiliki oleh merek rokok elektronik independen. Berlokasi di Shenzhen, China, lab tersebut menerapkan standar industri paling ketat di dunia untuk produk rokok elektrik. Ilmuwan Relx juga melakukan pengujian sesuai dengan standar AFNOR XP D90-300-3 Prancis, yang diakui secara global.

        Selain itu, Relx juga mendirikan Golden Shield Program pada Agustus 2019 untuk membantu mencegah produksi dan penjualan barang rokok elektronik ilegal.

        Program tersebut telah membantu pihak berwenang China menyita 48 ribu produk rokok elektronik palsu.

        Baca Juga: Tidak Merokok dan Rutin Berolahraga Kunci Hindari Penyakit Jantung

        Sementara itu ketua Konvo Hokkop Situngkir Mengatakan, sebagai wadah konsumen pengguna Vape misi utama pihaknya adalah kampanye penggunaan Vape anak anak usia dibawah umur yang selama lebih kearah demi gaul serta unsur negatifnya ada kandungan didalam Vape yang selama ini dilarang oleh pemerintah.

        “Kami berharap Konvo bersama pihak terkait terutama Regulator dalam hal ini Bea dan Cukai saling bekerjasama dan kampanye bersama menentang penggunaan REL (rokok elektronik) dibawah umur serta adanya  upaya diversifikasi pengguna rokok,” ujarnya.

        Hokkop menjelaskan perbedaan mendasar dari rokok dan vape adalah rokok terbuat dari tembakau dan dibungkus kertas dengan bahan kimia berbahaya seperti nikotin,hidrogen sianida ,arsenik serta bensol.

        “Sedangkan Vape terdiri dari baterai dan cartridge berisi cairan dan mengandung bhn kimia berbahaya al: nikotin, gliserin sayur serta nitrosamis,” tutupnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Annisa Nurfitri
        Editor: Annisa Nurfitri

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: