Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Arifin Tasrif: Kebutuhan Biodiesel Berbasis Sawit Sangat Besar dan Terus Tumbuh

        Arifin Tasrif: Kebutuhan Biodiesel Berbasis Sawit Sangat Besar dan Terus Tumbuh Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Implementasi B30 pada 2020 telah menjadikan Indonesia sebagai pionir dalam pemanfaatan biodiesel. Sementara itu, dalam dunia aviasi, uji terbang dengan menggunakan bioavtur 2,4 persen juga berhasil dilakukan dengan baik.

        Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pada 3rd Palm Biodiesel Conference yang termasuk dalam rangkaian acara Energy Transitions Working Group (ETWG) 1 Presidensi G20 Indonesia.

        Baca Juga: Produsen Sawit Terbesar di Dunia tapi Minyak Goreng Mahal dan Langka, Pakar: Ini Aneh, Kok Bisa?

        "Pada tahun 2021, nilai ekonomi dari implementasi B30 mencapai lebih dari US$4 miliar dan berhasil menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) hingga 25 juta CO2e," lanjut Arifin, dilansir dari laman resmi Kementerian ESDM pada Jumat (25/3/2022).

        Pengembangan biodiesel tidak akan berhenti pada B30 saja karena Kementerian ESDM berencana meningkatkan tingkat pencampuran lebih tinggi lagi dengan menerapkan bahan bakar hijau. Saat ini kajian komprehensif sedang dilakukan, antara lain menyiapkan kajian tekno ekonomi, kerangka regulasi, fasilitas insentif, infrastruktur, penetapan standar kualitas produk, serta pengembangan industri pendukung.

        Biodiesel sebagai alternatif bahan bakar fosil yang dapat diandalkan telah menjadi peran strategis karena memiliki pengaruh positif dalam berbagai aspek. Biofuel yang dihasilkan dari sumber terbarukan memberikan nilai tambah melalui hilirisasi industri pertanian dalam negeri; menstabilkan harga crude palm oil (CPO); meningkatkan kesejahteraan petani kecil; menghasilkan lebih sedikit emisi gas rumah kaca dibandingkan dengan bahan bakar fosil; mengurangi bahan bakar impor; menghemat devisa negara dan neraca perdagangan; menyediakan kesempatan kerja; serta untuk menjaga ketahanan energi.

        "Kami percaya bahwa kebutuhan biodiesel berbasis kelapa sawit sangat besar, pasarnya besar dan akan terus tumbuh," ujarnya.

        Sebagaimana diketahui, Kebijakan Energi Nasional Indonesia menetapkan ambisi untuk mengubah bauran energi dengan memprioritaskan sumber daya energi baru dan terbarukan. Kebijakan tersebut menargetkan sumber energi baru dan terbarukan berkontribusi sekitar 23 persen dari total bauran energi primer pada tahun 2025. Pada tahun 2021, pangsa Energi Terbarukan telah mencapai 11,7 persen dari total bauran energi dan biodiesel berkontribusi sekitar 35 persen.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: