Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pusaka Indonesia Sosialisasikan Advokasi terkait Perlindungan Kesehatan Perempuan dan Anak

        Pusaka Indonesia Sosialisasikan Advokasi terkait Perlindungan Kesehatan Perempuan dan Anak Kredit Foto: Khairunnisak Lubis
        Warta Ekonomi, Medan -

        Kordinator Divisi Advokasi Yayasan Pusaka Indonesia, Elisabeth Juniarti, mengatakan bahwa pihaknya melakukan sosialisasi advokasi revisi PP Nomor 109 Tahun 2012 yang telah dilakukan sebagai upaya perlindungan kesehatan perempuan dan anak.

        Dikatakannya, kondisi selama ini perempuan dibebani tugas-tugas domestik baik melahirkan anak mengurus anak juga mengurus suami. Walaupun di era emansipasi wanita, ia menjadi wanita karier juga tetap dibebankan dengan urusan domestik sehingga memiliki beban ganda.

        Baca Juga: Polda Metro Amankan 13 Perempuan terkait Prostitusi Anak di Bawah Umur

        "Jadi ada beberapa lingkaran yang masih dipikul perempuan seperti melahirkan dan mengasuh anak. Mengurus suami, menjadi pencari nafkah (karier). Urusan domestik tadi yakni urusan rumah tangga. Tugas sosial karena perkawinan. Tugas sosial ke masyarakat," katanya, Sabtu (26/3/2022).

        Nah, di kehidupan perempuan juga sering mendapat Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), dan bila anaknya tidak berkembang dengan baik contohnya stunting perempuan di salahnya. "Belum lama adanya kekerasan di tempat kerja dan di tempat umum," katanya.

        Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU), Prof dr. Ida Yustina memberi contoh seperti tumpukan sampah yang ada di rumah tangga, tetapi dihubungkan atau harus dikerjakan oleh perempuan. Padahal, semua anggota keluarga memiliki perlakuan yang sama dalam urusan sanitasi dasar.

        "Jadi tidak melulu harus dikerjakan perempuan semua anggota keluarga bisa ikut membantu mengatasi sanitasi dasar ini," katanya.

        Selain masalah sanitasi dasar, masalah pola makan di mana perempuan masih dinomorduakan dan ini tentu memberikan pengaruh kesehatan perempuan akibat pola makannya kurang baik.

        "Kemudian contoh lain yakni ibu yang habis melahirkan dan wajib menyusui berdasarkan hasil riset kita juga mereka harus memperoleh 3 kali lipat makanan supaya bisa menyusui anaknya dan memberi nutrisi pada dirinya. Namun, fakta-faktanya di lapangan masih menjadi persoalan," ujarnya.

        Jadi, hasil riset yang dilakukan masih banyak yang tidak diberikan edukasi dan banyak yang belum mengetahui bahwa nutrisi dan makanan itu harus diperhatikan kalau tidak akan menyebabkan asi mereka kadang kering sehingga anak-anak dikasi susu formula.

        "Atas beberapa fakta-fakta ini, diperlukan strategi untuk bisa mengubah hal ini yang bisa dilakukan kebijakan penguatan mainstreaming kesehatan perempuan seperti melalui pendidikan masyarakat, penguatan akses informasi, penguatan mainstreaming kesehatan perempuan dalam setiap pembangunan dan pemberdayaan masyarakat," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Khairunnisak Lubis
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: