Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tetangga Indonesia Laporkan Lebih dari 8.800 Kasus Reinfeksi Covid-19, Jangan Lengah

        Tetangga Indonesia Laporkan Lebih dari 8.800 Kasus Reinfeksi Covid-19, Jangan Lengah Kredit Foto: Reuters/Caroline Chia
        Warta Ekonomi, Singapura -

        Menteri Kesehatan Singapura Ong Ye Kung melaporkan 8.845 kasus reinfeksi Covid-19 di negaranya, yang terjadi dalam waktu lima bulan (1 November 2021-25 Maret 2022).

        Informasi tersebut disampaikan Ong, dalam bentuk jawaban tertulis kepada Anggota Parlemen He Ting Ru, Selasa (5/4/2022).

        Baca Juga: Sambil Ajak Singapura Ikut Kembangkan IKN, Luhut Teken Kerja Sama Iklim

        Mayoritas kasus reinfeksi dialami kelompok usia di bawah 60 tahun. Umumnya, bergejala ringan. Satu orang dirujuk ke ICU, dua meninggal dunia.

        Durasi antara infeksi awal dan reinfeksi disebut bervariasi. Rata-rata 300 hari.

        Sejak pandemi Covid berjangkit pada akhir 2019, Singapura membukukan 1.123.000 kasus terkonfirasi, dengan 1.287 kasus kematian.

        Tahun 2021, Singapura mengalami lonjakan kasus cukup tinggi, yang dipicu oleh varian Delta. Sebelum Omicron menghantam pada awal tahun ini.

        Dalam jawaban tertulisnya ke parlemen pada November tahun lalu, Ong melaporkan 32 kasus reinfeksi per 16 Agustus 2021. Sepertiga kasusnya, didominasi warga asrama. Sisanya, kasus impor.

        "Sejak 16 Agustus 2021, asesmen formal reinfeksi tak lagi menjadi bagian strategi nasional dalam eradikasi Covid-19. Semua jenis infeksi dianggap sama untuk memastikan manajemen klinis yang optimal dan mencegah penyebaran kasus," jelas Ong seperti dikutip Channel News Asia, Kamis (7/4).

        Respons Antibodi

        Temuan sementara dari Pusat Nasional untuk Penyakit Menular Singapura (NCID) pada bulan lalu menunjukkan, suntikan booster Moderna mampu memberikan perlindungan yang jauh lebih tinggi pada kelompok dewasa tua. 

        Kesimpulan ini didasarkan pada uji klinis yang melibatkan 100 penerima suntikan Pfizer-BioNTech/Comirnaty, sebagai rangkaian utama vaksinasi Covid. Separuh berusia di bawah 60 tahun, separuh lagi di atas 60 tahun, dan dua orang tak lanjut menjalani uji klinis. 

        Terkait hal ini, Kepala Jaringan Penelitian Klinis Penyakit Menular Singapura di NCID Dr. Barnaby Young mengatakan, vaksin booster Pfizer atau Moderna terbukti mampu meningkatkan aktivitas penetralan serum terhadap Omicron hingga lebih dari 50 persen, pada hari ketujuh setelah booster. Sekalipun Omicron disebut mampu melarikan diri dari jerat antibodi pada orang yang telah divaksin penuh.  

        "Besarnya peningkatan antibodi, kemungkinan akan memberikan perlindungan yang signifikan terhadap infeksi dengan varian ini," ujar Dr. Barnaby Young.

        "Namun, kemunculan varian yang mampu menghindari kekebalan protektif tetap menjadi perhatian. Perlu strategi vaksinasi Covid jangka panjang," tandasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: