Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Sampaikan Sikap Soal Rusia Vs Ukraina di Depan Biden, Jokowi Berani Tampil di Tengah

        Sampaikan Sikap Soal Rusia Vs Ukraina di Depan Biden, Jokowi Berani Tampil di Tengah Kredit Foto: Sekretariat Presiden
        Warta Ekonomi -

        Sikap Presiden Jokowi soal perang Rusia-Ukraina masih tak berubah. Mantan Wali Kota Solo ini menilai, konflik kedua negara itu harus segera diakhiri lewat jalur perundingan. Sikap ini pula yang disampaikan Jokowi di hadapan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden dalam KTT ASEAN-AS, kemarin. Di depan Biden, yang sudah terang-terangan membela Ukraina, Jokowi berani tampil di tengah.

        Sikap Jokowi soal perang Rusia-Ukraina ini disampaikan dalam KTT Khusus ASEAN-AS yang digelar di Departemen Luar Negeri AS, Washington DC, Jumat (13/5). Sikap Jokowi ini tentu patut diapresiasi. Pasalnya, sejak awal AS sudah terang-terangan mendukung Ukraina dan memberikan berbagai sanksi ekonomi kepada Rusia. Tak hanya membela, AS bahkan memobilisasi sekutunya dan negara lain agar mengikuti kebijakan negaranya.

        Baca Juga: Jokowi Ngobrol Serius Banget dengan Elon Musk, Lihat Gaya Tangannya

        Gara-gara ini, AS melayangkan protes bernada ancaman kepada Indonesia karena masih mengundang Rusia di KTT G20 yang akan digelar di Bali, November nanti. AS menyatakan tak akan hadir jika RI masih mengundang Rusia. Ancaman itu pernah direalisasikan dalam forum pertemuan Menteri Keuangan G20 yang digelar di Washington, bulan lalu. Saat itu, delegasi AS, Inggris dan Kanada melakukan aksi walkout saat delegasi Rusia naik ke mimbar.

        Ancaman AS itu ternyata tak bikin Jokowi gentar. Bahkan, di hadapan Biden sendiri, Jokowi menegaskan sikap politik Indonesia soal perang Rusia-Ukraina. Menurut Jokowi, perang di Ukraina telah menciptakan tragedi kemanusiaan dan memperburuk perekonomian dunia. Harga pangan, energi, dan inflasi telah terjadi, dan sangat memperberat perekonomian di negara berkembang.

        Saat dunia seharusnya segera pulih dari pandemi Covid-19, kata Jokowi, dunia menghadapi masalah baru. Saat dunia membutuhkan kerja sama dan kolaborasi, justru rivalitas dan konfrontasi makin menajam. Saat dunia membutuhkan multilateralisme yang makin kokoh, justru unilateralisme yang makin mengemuka. Menurut Jokowi, perang di Ukraina telah melemahkan multilateralisme dan berpotensi memecah belah hubungan antarnegara.

        "Perang tidak akan menguntungkan siapa pun. Dunia tidak memiliki pilihan lain kecuali menghentikan perang sekarang juga. Setiap negara, setiap pemimpin memiliki tanggung jawab untuk menciptakan enabling environment agar perang dapat dihentikan, perdamaian dapat terwujud," kata Jokowi.

        Gara-gara perang, pertumbuhan ekonomi dunia ikut terdampak. IMF menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi di emerging and developing Asia sebesar 0,5 persen pada 2022 dan 0,2 persen pada 2023. Sementara, Bank Dunia menurunkan prediksi pertumbuhan ekonomi beberapa negara ASEAN hingga 1,2 persen.

        "Bagi sebagian anggota ASEAN, kenaikan 10 persen dari harga minyak akan berdampak menurunnya pendapatan nasional sebesar 0,7 persen dan kenaikan harga gandum akan mengakibatkan peningkatan kemiskinan sebesar 1 persen," jelasnya.

        Jokowi lalu mengulangi lagi apa yang telah disampaikan pada pertemuan dengan Kongres AS sehari sebelumnya. Kata dia, sudah lebih dari lima dekade, ASEAN terus membangun arsitektur keamanan yang inklusif, mengedepankan paradigma kolaborasi, mendorong habit of dialogue dan rules based order.

        Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Siti Ruhaini Dzuhayatin mengatakan, sikap Jokowi soal perang Rusia-Ukraina ini tak memengaruhi hubungan Biden dengan Jokowi. Kata dia, Biden masih sangat menghormati sikap Indonesia. Buktinya, Jokowi mendapatkan kehormatan untuk membalas toast Presiden Biden. Belum lagi gestur yang ditunjukkan Biden saat menyambut Jokowi di Gedung Putih.

        Sambutan Biden ini menunjukkan hubungan bilateral Indonesia dan AS tidak berubah di tengah tantangan-tantangan dinamis, baik soal ketegangan kawasan ASEAN antara AS dan China, serta dampak dari konflik Rusia-Ukraina terkait kehadiran Rusia dalam KTT G20.

        "Sikap bersahabat Biden tetap nampak seperti saat menjabat sebagai Wakil Presiden pada masa pemerintahan Presiden Obama. Biden memang memiliki hubungan personal yang sangat baik dengan Jokowi, terutama pada saat melakukan kunjungan kenegaraan 2015," kata Ruhaini, kemarin.

        Ruhaini menilai, kehangatan sambutan Biden kepada Jokowi sangat penting artinya bagi Indonesia, baik secara bilateral, regional, dan multilateral. Ruhaini melanjutkan, secara regional, kehangatan sambutan Biden menunjukkan kepercayaan pada Indonesia sebagai koordinator kemitraan ASEAN-AS. Kata dia, AS juga melihat Indonesia sebagai negara middle power, sangat konsisten dengan prinsip politik luar negeri bebas aktif.

        Dalam kaitan hubungan multilateral, Ruhaini menyatakan, sebagai pemegang presidensi G20, Indonesia masih dipandang berpeluang menjalankan peran strategis untuk penghentian konflik bersenjata antara Rusia dengan Ukraina. Indonesia juga dinilai bisa mendorong penyelesaian konflik melalui perundingan karena memiliki hubungan baik dengan kedua negara.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: