Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Partai Lain Sudah Mulai Berkoalisi, Partainya Mega Masih Adem-Adem Saja

        Partai Lain Sudah Mulai Berkoalisi, Partainya Mega Masih Adem-Adem Saja Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menjelang Pemilu 2024, beberapa partai mulai pasang kuda-kuda. Golkar, PAN, dan PPP sudah membuat Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). NasDem, Demokrat, dan PKS juga tampak sudah ancang-ancang "kawin". Gerindra sudah deklarasi capres di mana-mana. Namun, hal berbeda ditunjukkan PDIP. Sampai saat ini, Banteng masih anteng-anteng aja.

        Ketua DPP PDIP Bidang Ideologi dan Kaderisasi Djarot Saiful Hidayat beralasan, Pemilu 2024 masih jauh. Karena itu, PDIP tak mau latah membuat koalisi. PDIP memilih fokus membantu masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19.

        Baca Juga: Natalius Pigai Sebut Puan dan Prabowo Cocok Jika Berpasangan di 2024

        "Kami masih belum berpikir koalisi-koalisi seperti itu. Kami lebih mementingkan skala prioritas bagaimana membantu rakyat pasca-pandemi Covid-19," ujar mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini, kemarin.

        Djarot mengklaim, PDIP sedang fokus membantu pemulihan ekonomi rakyat, serta mengembangkan kesehatan masyarakat melalui implementasi sejumlah program. "Jadi, kita bekerja itu saja. Untuk koalisi, nanti, nanti saja dulu. Lebih baik kita memikirkan rakyat," ucapnya.

        Dia pun tidak khawatir ditinggal partai lain setelah Golkar, PAN, dan PPP yang sudah resmi membentuk koalisi. Sebab, sekalipun tidak membentuk koalisi, PDIP bisa mengajukan capres sendiri. Saat ini PDIP memiliki 128 kursi di DPR, atau 22 persen perolehan kursi DPR. Jumlah ini melebihi syarat yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 untuk mengusung capres.

        “Bukankah PDI Perjuangan bisa maju sendiri? Yah, lebih aman,” ucap anggota Komisi II DPR itu, sesumbar.

        Djarot memastikan, hingga saat ini, pihaknya sama sekali belum membahas koalisi. Andaipun mau koalisi, keputusan-keputusan seperti itu diserahkan kepada Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. "Amanat Kongres V Bali, untuk masalah Pilpres, menjadi kewenangan Ketua Umum, hak prerogatif Ketua Umum," jelas dia.

        Baca Juga: Golkar dan Koalisi Tak Mungkin Usung Anies, Sebabnya karena...

        Dia juga memastikan, PDIP tidak terganggu dengan sikap Golkar, PAN, dan PPP, yang buru-buru bikin koalisi. "Nggak (terganggu). Biasa aja," imbuhnya.

        Senada dengan Djarot, politisi senior PDIP Hendrawan Supratikno mengaku, partainya sedang sibuk menjalankan program kerja di depan mata yang masih banyak. Karena itu, pihaknya tak kepikiran membentuk koalisi. "Kami fokus melaksanakan komitmen yang sudah dibuat, tinggal menjalankan program kerja yang sudah direncanakan," sebut Hendrawan kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

        Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto malah bilang, dalam sistem politik Indonesia, sebenarnya tidak ada koalisi. Sebab, Indonesia menganut sistem presidensial, bukan parlementer.

        "Sistem politik kita kan bukan parlementer, sehingga tidak dikenal koalisi. Yang ada adalah kerjasama partai politik," ujarnya.

        Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurniasyah menganggap wajar kalau PDIP masih anteng. Sebab, PDIP sudah memenuhi ambang batas pencalonan presiden. Bisa maju sendiri tanpa berharap ada partai yang ngajak koalisi.

        "PDIP juga memiliki tokoh potensial yang akan diusung. Itulah sebabnya PDIP tidak punya alasan untuk tergesa-gesa membuat koalisi," terang Dedi, saat dihubungi Rakyat Merdeka, kemarin.

        Secara de facto, sambungnya, PDIP juga sudah punya teman koalisi. Yaitu Gerindra. Hanya saja, masih malu-malu mendeklarasikannya. "Relasi politik antara PDIP dengan Gerindra terus membaik. Ini memungkinkan bagi PDIP makin percaya diri," terang pengamat politik jebolan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Adrial Akbar

        Bagikan Artikel: