Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bingung Kenapa Ceramahnya Disebut Ajarkan Ekstremis oleh Singapura, UAS Curigai Hal Ini

        Bingung Kenapa Ceramahnya Disebut Ajarkan Ekstremis oleh Singapura, UAS Curigai Hal Ini Kredit Foto: Instagram/Refly Harun
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pakar hukum tata negara, Refly Harun, mengundang Ustaz Abdul Somad (UAS) dalam kanal YouTubenya membahas seputar polemik penolakan sang Ustaz berkunjung ke Singapura. Ia pun menanyakan beberapa poin terkait penolakan terhadap UAS untuk memasuki negara tersebut.

        Refly pun menyinggung soal seringnya sebuah penggalan video yang disebar luaskan di media sosial. Refly pun menyebut, terkadang ketika ada disebuah forum, ketika seorang tokoh meanggapi ajaran agamanya sendiri, namun jadi tersebar luas dimasyarakat. Dan hal itulah yang sering menimpa UAS.

        Baca Juga: Ceramahnya Disebut Mengandung Ajaran Ekstremis oleh Singapura, Ini Pembelaan Ustaz Abdul Somad

        "itulah perlulah kecerdasan, karena kita bukan robot, kita ini bukan komputer, kita ini manusia. Konteksnya dimana, intonasi suaranya bagaimana, menjelaskannya bagaimana, maka musti ada aturan. Kalau dia menyampaikannya di dalam majelis bersama umat islam, dalam kajian tertutup, maka dia menjelaskan tentang ajaran agamanya, toh kita tidak pernah dengar kajian tokoh agama lain mencari-cari kesalahan," katanya dalam kanal YouTube Refly Harun, dikutip Kamis (19/5/2022).

        Oleh karena itu, UAS pun mempertanyakan mengapa kementerian luar negeri Singapura sampai benar-benar memperhatikan setiap detail dari ceramahnya. Dan kalaupun kementerian luar negeri Singapura betul memperhatikan ceramah UAS, belum tentu mereka paham poin-poin yang dimaksudkannya. 

        "Siapa sebetulnya yang menyampaikan poin-poin itu kepada mereka?" katanya.

        Lalu Refly Harun pun menanggapi pernyataan sang Ustaz. Bagi Refly, sepertinya memang ada pihak-pihak yang menyampaikan seperti apa pribadi Ustaz Abdul Somad. 

        Lalu UAS pun menyinggung kasus serupa yang pernah dialaminya pada tahun 2018. Ia menceritakan dirinya pernah pergi ke Timor Leste, namun ditolak ketika sudah sampai. Ia pun mengungkap pihak Timor Leste menolak dirinya usai ada kiriman surat dari Jakarta yang menyatakan dirinya teroris.

        Tak hanya itu, ia pun menceritakan kembali kala dirinya ditolak masuk ke Swiss. Menurutnya, ia ditolak karena pihak Swiss menunjukan gambar kala dirinya tengah diusir dari belanda kala memberikan seminar.

        "Dari mana orang Swiss bisa dapat print (gambar)? Dari Indonesia. Siapa yang mengirim?" tanyanya.

        Sebelumnya telah diberitakan kalau Ustaz Abdul Somad telah ditolak kedatangannya saat ingin memasuki Singapura pada senin (16/5/2022). Mengutip dari keterangan tertulis dari situs Kemendagri Singapura, Abdul Somad bersama enam orang dalam rombongannya ditolak masuk singapura usai mengikuti wawancara.

        "Somad (UAS) diwawancarai, setelah itu kelompok tersebut ditolak masuk ke Singapura dan ditempatkan di feri kembali ke Batam pada hari yang sama," tulis keterangan tertulis Kemendagri Singapura yang dikutip dari situs mha.gov.sg.

        Dijelaskan kembali penolakan itu dikarenakan UAS dikenal menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasi, yang tidak bisa diterima oleh multi ras dan multi agama di Singapura.

        "Somad (UAS) dikenal menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasi, yang tidak dapat diterima di masyarakat multi-ras dan multi-agama Singapura. Misalnya, Somad ceramah bahwa bom bunuh diri adalah sah dalam konteks konflik Israel-Palestina, dan dianggap sebagai operasi 'syahid'," tulis Kemendagri Singapura.

        Tak hanya itu, Pemerintah Singapura juga menganggap Abdul Somad pernah melontarkan pernyataan yang merendahkan agama lain.

        "Dia (UAS) juga membuat komentar yang merendahkan anggota komunitas agama lain, seperti Kristen, dengan menggambarkan salib Kristen sebagai tempat tinggal "jin (roh/setan) kafir”.Selain itu, Somad secara terbuka menyebut non-Muslim sebagai "kafir" (kafir)," tulis Kemendagri Singapura.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Adrial Akbar

        Bagikan Artikel: