Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Membangun Kedaulatan Pangan berbasis Wakaf melalui Rantai Pasok Terintegrasi

        Membangun Kedaulatan Pangan berbasis Wakaf melalui Rantai Pasok Terintegrasi Kredit Foto: GWC
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Indonesia sebagai negara dengan populasi 270 juta penduduk merupakan pasar yang sangat besar untuk industri pangan baik dari sisi produksi maupun konsumsi. 

        Namun industri pangan tanah air memiliki masalah serius dalam food losses (produk berkurang) dalam proses distribusi. Berdasarkan data resmi dari IIR (International Institute of Refrigeration, 2019), food losses yang terjadi di Indonesia berkisar 23% untuk produk mudah busuk akibat minimnya pendinginan. 

        Baca Juga: Mentan SYL Ajak Negara-negara di Dunia Tekan Food Loss and Waste

        Kondisi tersebut sungguh ironis karena di waktu bersamaan, ada banyak segmen masyarakat yang belum bisa mendapatkan akses untuk mendapatkan makanan layak. Masalah food losses berakar pada ketiadaan rantai dingin di mana kapasitas di negara berkembang hanya 19 kubik per individu dibandingkan dengan 200 kubik per di negara maju. 

        Kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan sentra produksi jauh dari sentra konsumsi menyebabkan isu distribusi produk pangan menjadi tantangan utama. Karena itu diperlukan solusi dengan pendekatan rantai pasok yang terintegrasi untuk menyelesaikan masalah pangan tanah air. 

        Global Wakaf Corpora (GWC) sebagai perusahaan korporasi yang mengelola aset wakaf produktif berusaha mengambil peran untuk membangun ekonomi nasional di sektor pangan strategis. 

        Baca Juga: ID FOOD Sebar Ternak Sehat dan Jaga Stok Daging Sapi

        Filosofi angka delapan yang bermakna dari ummat, oleh ummat dan untuk ummat; diimplementasikan dalam membangun rantai pasok pangan melalui peluncuran produk wakaf produktif khusus sektor pangan di rantai hulu, tengah, dan hilir.

        Di sektor hulu, GWC meluncurkan program wakaf produktif di sektor budidaya peternakan bernama Condofarm, sebuah konsep kepemilikan fasilitas produksi ayam pedaging yang dikelola oleh ekosistem yang terintegrasi sehingga return on investment dan risiko usaha lebih terjamin. 

        Di sektor hilir, GWC meluncurkan program 10.000 gerobak Ummi Fried Chicken melalui mekanisme Wakaf Modal Produktif dan sekaligus meresmikan Koperasi Relawan Ekonomi Indonesia (REI) sebagai koperasi akan mengelola jaringan relawan untuk menggerakkan gerakan ekonomi melalui koperasi produsen dan konsumen di tingkat daerah. 

        Di sektor tengah dan subsistem pendukung, GWC meluncurkan aplikasi rantai pasok pangan XFood by etanee yang akan mendigitalisasi dan menghubungkan para pemasok, dengan jejaring gudang rantai dingin di seluruh Indonesia, serta mengintegrasikan secara digital sehingga membuat ekosistem pangan yang berdaya saing.

        Acara peluncuran program bernama Benevestment Forum ini diselenggarakan di Menara 165 ruang Gibraltar pada Rabu (22/6/2022). Event ini memiliki tujuan sebagai media dan forum para investor dan wakif agar terlibat dalam program-program yang berdampak bagi beneficiaries (penerima manfaat). 

        Baca Juga: Belum Optimal, Ma’ruf Amin Dorong Percepatan Sertifikasi Tanah Wakaf

        "GWC membangun ekosistem rantai pasok mulai dari pangan protein dan rantai dingin. Karena pain points terbesar adalah di sektor peternakan dan perikanan ini. Rantai nilai sektor peternakan ini juga yang paling lengkap dan paling banyak membuka lapangan pekerjaan," ujar Presiden Direktur PT Global Wakaf Corpora, Cecep M. Wahyudin, dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (22/6/2022).

        Sebagaimana diketahui, GWC juga saat ini sedang mengembangkan sektor hulu industri unggas melalui pengadaan komoditas jagung untuk pakan ternak, optimalisasi aset daerah berupa dryer (pengering) jagung, serta pabrik pakan (feedmill) di provinsi Nusa Tenggara Barat.

        Dampak ekonomi dari model bisnis dan ekosistem rantal pasok pangan terintegrasi ini diharapkan dapat menjaga stabilitas pasokan jagung dan pakan di hulu, meninggikan harga jual di tingkat peternak, sekaligus memberikan harga jual di konsumen akhir yang terjangkau dengan memastikan produk pangan yang halal. Produk yang didistribusikan juga dipastikan memenuhi syarat kualitas NKV (nomor kontrol veteriner) dan diolah mengikuti standar GMP (good manufacturing process) dengan melibatkan para UMKM produsen.

        Baca Juga: Menparekraf Minta Investor Tak Ragu Investasi ke Pelaku UMKM Kuliner di FSI 2022

        Diharapkan dari 10.000 gerobak UMKM akan dibangun 500 stokis gudang dingin, terbentuk lebih dari 50 koperasi primer yang tersebar dan melibatkan lebih dari 20.000 relawan ekonomi menjadi jejaring reseller tersebar di 34 provinsi seluruh Indonesia. Diharapkan model pengembangan rantai pasok semacam ini akan menghasilkan pelaku ekonomi sekaligus menumbuhkan ekonomi kerakyatan yang masif.

        Peluncuran Benevestment Forum oleh GWC ini juga dihadiri oleh beberapa unsur pemerintah Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Pemerintah saat ini sangat mendukung pengembangan berbagai solusi digital untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, meningkatkan produktivitas sehingga mencapai efisiensi dalam rantai bisnis.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ayu Almas

        Bagikan Artikel: