Jokowi Pergi ke Ukraina-Rusia Klaim Bawa Misi Perdamaian, Omongan Rocky Gerung Lebih Tajam dari Silet: Hanya Ingin Dapat Headline!
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mencuri perhatian publik karena melakukan lawatan ke Eropa khususmya Ukraina dan Rusia.
Kedua negara yang kini dalam situasi perang ini menjadi tujuan Jokowi untuyk beberapa urusan, salah satu yang diklaim adalah ingin menjadi fasilitator perdamaian.
Meski demikian, beberapa pihak merasa apa yang dilakukan Jokowi saat di Ukraina da Rusia bukan soal perdamaian perang. Hal ini salah satunya disinggung oleh pengamat politik, Rocky Gerung.
Lewat video di kanal YouTube miliknya (Rocky Gerung Official) yang juga bersama oleh Hersubeno Arief dari Forum News Network (FNN), Rocky menyinggung kemampuan diplomasi pemerintah Indonesia.
“Di depan mata, seluruh problem global itu akan masuk ke Indonesia. Kalau kita sebut kita punya kedudukan strategis memang, dan kedudukan itu yang mungkin kita rawan, karena persiapan kita untuk menghadapi potensi perang itu tidak imbangi dengan kemampuan diplomasi,” jelas Rocky melalui kanal Youtube miliknya, dikutip Senin (4/7/22).
Rocky memberi sorotan tajam ke Presiden Jokowi.
Menurut Rocky, Jokowi hanya ingin dapat headline. Bahkan lanjut Rocky para wartawan asing akan berpikir untuk mencari satire apa yang akan mereka buat terkait Jokowi.
“Presiden Jokowi setiap kali berupaya mengajukan proposal diplomasi kayaknya wartawan asing menganggap ‘kalau Presiden Indonesia datang, satire apa yang akan kita buat?’ karena memang nggak ada satu prestasi pun dari Jokowi dalam forum internasional,” jelas Rocky.
Jika Jokowi serius ingin terlibat dalam masalah Ukraina-Rusia, menurut Rocky harusnya Jokowi mengutus orang-orang yang berpengalaman dalam menangani masalah seperti ini seperti Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atau Jusuf Kalla.
Rocky pun menyebut bahwa Jokowi tidak dapat poin terkait kunjungannya.
“Sehingga profil Indonesia, akhirnya Presiden Jokowi tidak dapat poin di luar negeri. Jadi apa sebenarnya intinya mau pergi mengajukan proposal perdamaian tapi dalam pembicaraan proposal binis, Itu kan jauh sekali. itulah petingnya ada semacam tim awal untuk membaca apa kepentingan NATO, bagaimana NATO melihat kalau Indonesia bertemu Zelenskyy dibanding bertemu Putin,” lanjut Rocky.
Atas dasar itu Rocky menyebut bahwa Jokowi hanya ingin mendapat headline.
“Jadi hal yang ada dalam lockbook diplomasi tidak dipakai. Kenapa tidak dipakai? Karena Presiden hanya ingin dapat headline,” lanjut Rocky.
Rocky juga menyoroti narasi yang sebelum keberangkatan Jokowi yang menyebut bahwa Jokowi lebih hebat dibanding presiden-presiden sebelumnya padahal Jokowi belum mengeluarkan sesutau di depan publik internasional.
“Framing semacam ini yang membuat kita muak dengan kerjaan buzzer atau istana memang desain itu seolah-olah publik Indonesia tak punya akses ke wartawan asing,” tegas Rocky.
Rocky pun menegaskan bahwa dirinya tidak mengolak-olok seorang Jokowi karena menurutnya bagaimanapun Jokowi adalah representasi masyarakat Indoneia.
Lanjut Rocky, dirinya "menghajar" strategi diplomasi pemerintahan Jokowi yang dia sebut dengan strategi dungu.
"Yang kita olok-olok adalah strategi yang dungu, bukan presidennya," tegas Rocky.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Bayu Muhardianto
Editor: Bayu Muhardianto
Tag Terkait: