Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ada Risiko Stagflasi Serius di Dunia, BI Institute: Pertumbuhan Ekonomi Masih Sehat

        Ada Risiko Stagflasi Serius di Dunia, BI Institute: Pertumbuhan Ekonomi Masih Sehat Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Nusa Dua, Bali -

        Di tengah kekhawatiran atas risiko stagflasi serius yang terjadi di dunia, seperti pecahnya perang di Rusia dan Ukraina, sampai dengan dampak majemuk dari pandemi Covid-19, Kepala Bank Indonesia (BI) Institute, Yoga Affandi mengeklaim bahwa pertumbuhan ekonomi masih terbilang sehat.

        Hal ini tecermin dari komponen pertumbuhan sekaligus tajuk utama pertumbuhan pada triwulan I 2022, yaitu 5,01 persen.

        Baca Juga: Bank Indonesia: Digitalisasi Pegang Peran Penting dalam Pemulihan Ekonomi

        "Ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi masih sehat. Saya pikir risiko stagflasi, tentu saja ada risikonya, tetapi kita perlu waspada dan kita perlu menanggapinya. Itu sebabnya saya pikir kerangka kebijakan Bauran sangat penting di sini," kata Yoga dalam acara Central Bank Policy Mix for Stability and Economic Recovery, Rabu (13/7/2022).

        Sebelumnya, Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung mengatakan bahwa dunia saat ini sedang menghadapi risiko stagflasi yang serius. Ia menyatakan, per Juni 2022 Bank Dunia telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,9 persen setelah revisi pertama pada April sebesar 3,2 persen.

        Baca Juga: Waspadai Stagflasi, Menkeu: Pemerintah Perlu Antisipasi Risiko Global

        Lalu, Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) juga menurunkan proyeksi pertumbuhan global untuk tahun 2022 menjadi 3 persen.

        "Jadi ini sebenarnya jawaban saya, dalam hal yang bersangkutan dari ekuitas. Saya kira, saat ini di Indonesia diamanatkan untuk memiliki stabilitas Rupiah dari segi perkembangan harganya, yaitu inflasi, serta nilai tukar rupiah. Jadi, itu adalah data utama kami. Tentu kami juga mempertimbangkan pertumbuhan serta aspek lain yang merupakan pertumbuhan inklusif," imbuhnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Martyasari Rizky
        Editor: Ayu Almas

        Bagikan Artikel: