Keamanan digital perlu dipahami setiap individu untuk menghindari dampak negatif dari perkembangan teknologi informasi yang makin pasif. Orang tua dihadapkan tugas ganda, yakni menjaga keamanan pribadi dan menciptakan internet sehat bagi anak-anak mereka.
Internet sehat merupakan suatu upaya memastikan anak-anak mengakses internet dengan baik. Sekarang ini anak-anak terkadang mendapat konten yang belum sepantasnya sehingga bisa dikatakan itu berbau negatif.
Baca Juga: Walau Akrab Sekali Sama Internet, Kesopanan Netizen Indonesia di Dunia Digital Masih Jadi Perdebatan
"Mungkin bagi kita tidak karena sudah dewasa, tapi bagi mereka yang masih tumbuh kembang, itu berperan sekali dalam proses tumbuh kembang mereka di kemudian hari," kata Relawan Mafindo, Puji F. Susanti saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Sabtu (16/7), dikutip dari siaran pers yang diterima di Jakarta.
Anak-anak, kelompok usia 10-24 tahun, menempati posisi kedua data penetrasi pengguna internet Indonesia berdasarkan usia dengan catatan 75,5 persen. Angka tersebut mungkin akan makin tinggi jika pendataan dilakukan dari usia tiga tahun yang merupakan digital native.
Sebagai digital migran, orang tua harus berlari lebih cepat sehingga bisa mengajari dan mengawasi anak. Jangan sampai anak mengabaikan risiko internet karena sudah terbiasa menggunakannya. "Orang tua pasti tidak bisa mengawasi anak 24 jam, tapi bukan berarti kita tidak bisa belajar dan memperbaiki diri dalam pengasuhan, terutama bersama mereka di dunia digital," ujar Puji.
Lebih lanjut, Puji mengatakan, orang tua harus mengajari anak agar mewaspadai 12 konten negatif di dunia digital. Pornografi, perjudian, kekerasan, pemerasan, provokasi SARA, hingga berita bohong. Konten-konten ini tidak diperkenankan untuk mereka sehingga bisa dilaporkan ke aduankonten.id.
Menurut Survei Literasi Digital di Indonesia pada tahun 2021, Indeks atau skor Literasi Digital di Indonesia berada pada angka 3,49 dari skala 1-5. Skor tersebut menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori Sedang.
Baca Juga: Ada Rekam Jejak Digital, Perhatikan Kebebasan Berekspresi di Internet
Sebagai respons untuk menanggapi perkembangan TIK ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital. Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital, yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.
Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kabupaten Jombang, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siber Kreasi. Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli di bidangnya untuk berbagi terkait budaya digital antara lain Relawan Mafindo, Puji F. Susanti. Kemudian Pengusaha, KABID Program & Aptika RTIK Sidoarjo, Mei Sya Ardhi. S,kom, serta Dosen STIE Mandala & PMII, Zainul Hasan.S.E,.M.E.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Makin Cakap Digital 2022 hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial Siberkreasi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum