Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Devisa Sawit Berperan Penting Menjaga Kesehatan Neraca Perdagangan Indonesia

        Devisa Sawit Berperan Penting Menjaga Kesehatan Neraca Perdagangan Indonesia Kredit Foto: Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Peran industri sawit sebagai penyumbang ekspor bagi Indonesia tentu bukan hal yang baru. Devisa sawit bukan hanya makin besar dalam perekonomian Indonesia, melainkan juga makin penting dalam menjaga kesehatan neraca perdagangan Indonesia.

        Melansir laporan PASPI pada Jumat (29/7), devisa sawit terdiri atas dua sumber. Pertama, Devisa Ekspor, yakni devisa yang dihasilkan dari kegiatan ekspor minyak sawit dan produk turunannya yang diproduksi oleh industri hilir domestik. Produk sawit yang dimaksud mencakup ekspor minyak sawit mentah (CPO+CPKO), minyak sawit olahan RPO/RPKO (Refined Palm Oil/Refined Palm Kernel Oil), dan produk berbasis minyak sawit seperti biodiesel dan produk oleokimia.

        Baca Juga: Distress Selling Diperkirakan Jadi Salah Satu Penyebab Harga CPO Melemah Jangka Pendek

        Kedua, Devisa Subsitusi Impor, yakni devisa yang dihasilkan dari penghematan impor solar fosil akibat digantikan/disubsitusi oleh biodiesel (Fatty Acid Methyl Ester) berbasis minyak sawit yang dikembangkan di dalam negeri dan makin intensif seiring dengan implementasi kebijakan mandatori biodiesel.

        Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), devisa sawit dari promosi ekspor tersebut mengalami peningkatan, dari US$20,21 miliar tahun 2019 menjadi US$22,96 miliar tahun 2020 dan meningkat tajam menjadi US$36,21 miliar tahun 2021. Selain mengalami peningkatan, perolehan devisa promosi ekspor produk sawit tahun 2021 tersebut juga telah mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah industri sawit Indonesia.

        "Peningkatan devisa tersebut tidak hanya tertinggi dalam sejarah, tetapi juga lebih berkualitas," catat laporan PASPI.

        Lebih lanjut dalam laporan PASPI dirangkum bahwa devisa tersebut diperoleh dari volume ekspor yang lebih sedikit, yakni dari 37,3 juta ton tahun 2019 yang terus mengalami penurunan menjadi 34 juta ton tahun 2020 dan menjadi 34,5 juta ton tahun 2021.

        "Dengan volume ekspor yang menurun, tetapi nilainya meningkat menunjukkan bahwa sumber pertumbuhan utama devisa ekspor sawit tersebut adalah dari perubahan kualitas produk yang makin didominasi produk olahan hasil hilirisasi sawit domestik dan peningkatan harga ekspor," catat laporan PASPI.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: