Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Berdoa Tak Ada Polarisasi, Ketum Demokrat Beberkan 3 Masalah Demokrasi di Indonesia

        Berdoa Tak Ada Polarisasi, Ketum Demokrat Beberkan 3 Masalah Demokrasi di Indonesia Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Jelang pesta politik pada 2024 mendatang, sejumlah tokoh politik mulai mengemukakan harapannya. Salah satunya adalah Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

        AHY berharap agar Pemilu 2024 tak menimbulkan polarisasi dan mampu menghadirkan kepemimpinan yang membawa perubahan ke arah terbaik.

        Baca Juga: "Bagaimana Mau jadi Cawapres, AHY Ngurus Demokrat Saja Amburadul"

        "Hal ini bukan merupakan sebuah keniscayaan, tetapi juga amanah sejarah, lintas generasi, lintas kepemimpinan. Jadi, memang sudah sewajarnya seperti itu," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (2/8).

        Menurut putra sulung SBY, berapa pun jumlah poros yang ada pada Pemilu 2024 bukan masalah utama. "Kalau kita tidak melihat sumber masalah, berapa pun jumlah poros, siapapun yang mengikuti pemilu, maka bisa menimbulkan prahara sekaligus polarisasi," ungkapnya.

        AHY menilai setidaknya ada tiga permasalahan demokrasi di Indonesia. Pertama ialah money politics. "Mari kawal pemilu agar tak terjadi vote buying. Ini bahaya karena hanya mereka yang memiliki uang akhirnya yang bisa menguasai politik dan mengawaki negara kita," katanya.

        Kedua, politik identitas. AHY mengatakan politik identitas bukan hal baru. Namun, jika dieskploitasi berlebihan, politik identitas akan sangat berbahaya.

        "Ini hanya menimbulkan perpecahan di antara kita dan sentimen itu akan diteruskan ke generasi selanjutnya, anak cucu kita, cost-nya terlalu tinggi," katanya.

        Ketiga ialah politik fitnah, hoaks, dan kampanye hitam (black campaign). Menurutnya, tsunami informasi kerap membuat masyarakat tenggelam dalam disinformasi. AHY pun mengajak publik untuk tak tersulut emosi dengan perilaku buzzer.

        Baca Juga: Demokrat Pertanyakan Nasib Proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung: Harus Dievaluasi!

        "Kalau kita berkomitmen semua itu, dua pasang, tiga pasang, empat pasang, atau berapa pun, Indonesia tidak akan pecah, dan pemilu kita berkualitas dan Indonesia akan makin maju ke depan," tuturnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: