19 Juta Jiwa Alami Gangguan Mental, Telkomsel Jabar Ajak Keluarga Lakukan Ini
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan ada lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional. Lalu, lebih dari 12 juta penduduk berusia di atas 15 tahun mengalami depresi.
Melihat kondisi tersebut, Telkomsel bekerja sama dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung melalui program CSR Internet BAIK bersinergi membangun watak generasi Indonesia untuk menjaga kesehatan mental di tengah derasnya era digital.
Baca Juga: Akuisisi 6.000 Menara Telkomsel, Mitratel Siap Memperluas Pasar
General Manager CSR Telkomsel, Andry P. Santoso mengatakan dalam rangkaian Internet BAIK ini keseluruhan materi yang disampaikan mengenai peran keluarga terutama orang tua dalam membimbing anak menjelajahi dunia digital. Rangkaian kegiatan ini pun berlangsung sejak Januari-Agustus 2022 secara hibrida.
"Percepatan teknologi sama seperti pisau bermata dua. Saat kita pakai menggunakan hal baik, maka akan berdampak baik bagi kita, tapi bisa juga sebaliknya. Melalui program ini, kita ingin memberikan satu stimulus bagi masyarakat Indonesia," kata Andry kepada wartawan di Kota Bandung, Kamis (4/8/2022).
Telkomsel menggalakkan program Internet BAIK sejak 2016. Sebelum pandemi, program ini dilakukan secara luring dengan berkunjung ke sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
Baca Juga: 400 BTS Telkomsel di Kalimantan di Upgrade ke 4G
"Kita lewat offline, datang ke sekolah-sekolah di Indonesia. Kita bertemu orang tua murid, guru, dan anak-anak. Kita buat workshop di bebagai daerah dengan tematik berbeda," katanya.
Adapun, Sekretaris Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Bandung, Darto AP mengatakan, pada 2021 terdapat belasan anak yang bertemu tenaga ahli medis karena mengalami masalah ketergantungan gawai.
Hal ini terjadi karena literasi digital dalam masyarakat terutama anak remaja masih tergolong rendah. Padahal, kapasitas internet kota berjalan lebih cepat daripada literasi digital masyarakat.
"Belasan anak mengunjungi RSKIA/RS Bandung Kiwari karena mengalami masalah ketergantungan gadget. Bahkan, ada pula yang mendapat perawatan di RS Cisarua," ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Puspaga Kota Bandung, Siti Muntamah Oded menyebutkan, ada beberapa keluarga yang datang ke Puspaga dengan berbagai permasalahan kesehatan mental terkait kecanduan internet.
Baca Juga: Sambut Forum W20 di Sumut, Telkomsel Hadirkan Teknologi Jaringan Terdepan 5G
"Ada bapak yang kecanduan pornografi, ada juga balita di bawah 3 tahun yang kecanduan dengan gadget-nya. Ini perlu diurai bersama, meski tidak mudah tapi insyaAllah bisa kita urai bersama," ungkapnya.
Menurutnya, salah satu cara untuk mengurai persoalan tersebut adalah dengan menciptakan komunikasi yang baik dalam keluarga. Keluarga harus saling menyediakan waktu bersama satu sama lain.
"Menatap, mendengar, berbincang. Keluarga ini merupakan institusi yang bisa mengantarkan peradaban terbaik bagi manusia," jelasnya.
Baca Juga: Jaringan 3G Telkomsel Dicabut 20 Juli 2022, Begini Cara Upgrade ke 4G/LTE
Dia menilai, tak hanya sosok ibu yang hadir, tapi juga peran ayah sangat penting dalam menjaga kesehatan mental di era digital. Apalagi Indonesia termasuk sebagai fatherless country.
"Sosok ayah ada, tapi kehadirannya tidak ada. Ruang komunikasi positif dalam keluarga harus dilahirkan terutama di masa society 5.0. Kehadiran ayah sangat penting untuk membantu ibu mendidik anak, terutama dalam iman dan takwanya," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: