Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pertumbuhan Ekonomi Nasional Naik di Tengah Gempuran Ketidakpastian, Simak!

        Pertumbuhan Ekonomi Nasional Naik di Tengah Gempuran Ketidakpastian, Simak! Kredit Foto: The Technical Traders
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Meski dihadapkan dengan ketidakpastian dan tren perlambatan ekonomi global, pemulihan ekonomi nasional kian menunjukkan tren peningkatan pada triwulan II-2022. PDB nasional tumbuh kuat sebesar 5,4% pada triwulan II-2022 (yoy), angka yang melampaui ekspektasi pasar. Pencapaian ini juga semakin memperkuat level perekonomian nasional untuk terus melaju melampaui level prapandemi.

        Saat ini, tercatat 6,8% di atas level PDB riil 2019. Relaksasi aturan perjalanan yang mendorong peningkatan konsumsi masyarakat, terutama di masa Ramadhan dan Lebaran, serta kinerja ekspor komoditas unggulan yang masih sangat kuat menjadi faktor kunci pendorong pertumbuhan triwulan ini.

        Baca Juga: Era Digital, Indonesia Tak Akan Pernah Kehabisan Konten, Apalagi Soal Budaya!

        Aktivitas konsumsi masyarakat meningkat pesat pada periode bulan Ramadhan dan hari Raya Idul Fitri. Konsumsi rumah tangga tumbuh 5,5% (yoy) pada triwulan II, setelah pada triwulan sebelumnya sempat tersendat akibat penyebaran varian Omicron.

        Selain itu, antusiasme masyarakat yang sangat tinggi dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri tahun ini juga berperan krusial dalam menopang kuatnya aktivitas konsumsi masyarakat. Aktivitas mudik lebaran sempat tertahan selama dua tahun ke belakang karena tingkat penyebaran kasus COVID-19 yang masih tinggi sementara vaksinasi masih relatif rendah.

        Di triwulan II-2022, berkat partisipasi masyarakat dalam program vaksinasi dan tingkat penyebaran COVID-19 yang terkendali, aktivitas mudik dapat berjalan dengan lancar. Mobilitas yang meningkat pada triwulan II ini juga diindikasikan dari pertumbuhan sektor transportasi dan akomodasi yang keduanya bertumbuh pesat pada periode tersebut.

        Stabilitas pertumbuhan konsumsi juga tidak terlepas dari peran APBN yang dioptimalkan untuk menyerap tingginya tekanan inflasi global. Tingkat inflasi nasional memang dalam tren yang meningkat, terutama dalam dua bulan terakhir.

        Kendati demikian, tingkat inflasi Indonesia masih relatif terkendali jika dibandingkan dengan negara lain, seperti AS, UK, Eropa, Singapura, Thailand, dan Filipina yang inflasinya melonjak hingga masing-masing sebesar 9,1%; 9,4%; 8,6%; 6,7%; 7,7%; dan 6,1% pada periode yang sama (Juni-2022).

        Inflasi yang cenderung moderat ini juga tercermin dari perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan tingkat kenaikan harga produsen yang mencapai 11,8% pada triwulan II-2022.  Ke depan, dinamika global masih akan menjadi tantangan utama bagi stabilitas harga domestik. Peran APBN dalam menjaga momentum pemulihan akan terus dimaksimalkan, terutama dalam melindungi daya beli masyarakat berpendapatan rendah.

        Di tengah tingginya harga komoditas energi, investasi tumbuh moderat pada triwulan II-2022. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada periode ini dapat tumbuh 3,1%(yoy). Namun demikian, investasi dalam rangka keberlanjutan ekspansi industri dan dunia usaha masih terjaga dengan baik.

        Investasi jenis mesin dan kendaraan komersial masing-masing tumbuh 16,3 dan 7,0%. Hal ini juga sejalan dengan tren kapasitas produksi baik di sektor manufaktur maupun pertambangan yang terus meningkat dengan stabil di beberapa triwulan terakhir. Selain itu, investasi yang bersumber dari proyek-proyek pemerintah juga masih tumbuh tinggi. Belanja modal pemerintah pusat di triwulan II tercatat tumbuh 53,4% (yoy).

        Ekspor kembali mencatatkan pertumbuhan yang tinggi. Peningkatan permintaan atas komoditas dan produk manufaktur unggulan nasional masih terus terjadi di tengah disrupsi pasokan global dan konflik Rusia-Ukraina. Selain itu, produk hilirisasi besi dan baja juga masih terus menjadi sumber pertumbuhan ekspor.

        Ekspor secara riil tumbuh 19,7% (yoy) di triwulan II-2022. Kinerja yang sangat menjanjikan ini juga sempat mendorong surplus neraca perdagangan barang yang mencapai puncak tertingginya sepanjang sejarah nasional. Necara perdagangan barang Indonesia per triwulan II-2022 tercatat sebesar USD 15,5 miliar.

        Baca Juga: Rumah Sakit Jadi Rumah Sehat, "Apa Sudah Tidak Ada Lagi yang Bisa Dikerjakan Anies?"

        Sementara tingkat pertumbuhan impor riil yang masih relatif tinggi mencapai 12,3% (yoy), menggambarkan keberlanjutan ekspansi produksi dalam negeri. Hal ini juga tercermin dari pertumbuhan impor nominal bahan baku dan barang modal yang selama triwulan II tumbuh 27,7% dan 21,3% (yoy).

        Laju konsolidasi fiskal tetap on-track dan tidak mendisrupsi laju pemulihan ekonomi. Konsumsi pemerintah kembali terkontraksi di triwulan II-2022 menjadi sebesar negatif 5,2% (yoy). Belanja pemerintah terkait dengan penanganan pandemi dapat ditekan seiring dengan terkendalinya tingkat penyebaran virus di sepanjang triwulan II-2022.

        Selain itu, pergeseran waktu pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dan Gaji ke-13 kepada ASN juga berdampak pada laju pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan II. Di tahun 2021, THR dan Gaji ke-13 dibayarkan pada bulan April dan Juni. Namun di tahun 2022, THR diberikan di bulan April, sementara Gaji ke-13 dibayarkan pada bulan Juli, sehingga memberikan base-effect pada pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan II. 

        Baca Juga: Warta Ekonomi Beri Penghargaan ke 151 Emiten dengan Kinerja Terbaik

        Tingginya harga komoditas menjadi katalisator kuatnya pertumbuhan sektor pertambangan dan pertanian. Pertumbuhan sektor pertambangan melanjutkan tren penguatan dengan tumbuh sebesar 4,0%(yoy) pada triwulan II 2022. Tingginya permintaan di tengah disrupsi pasokan global membuat harga komoditas bertahan tinggi sehingga menjadi penopang kinerja sektor pertambangan.

        Pertumbuhan sektor pertambangan yang solid juga disebabkan oleh upaya pemerintah untuk mendorong hilirisasi sektor primer yang bernilai tambah tinggi dan penguatan produktivitas sisi hulu industri. Sementara itu, sektor pertanian tumbuh sebesar 1,4% (yoy) pada triwulan II 2022. Kinerja sektor pertanian ini didorong oleh permintaan Produk sawit dan turunannya yang masih tinggi disertai dibukanya kembali izin ekspor sejak pertengahan triwulan II seiring semakin stabilnya harga minyak goreng dalam negeri.

        Ekspansi sektor manufaktur dan perdagangan terus stabil, sejalan dengan perbaikan kapasitas produksi dan permintaan dalam negeri. Pada triwulan II, sektor manufaktur dan sektor perdagangan masing-masing tumbuh 4,0 dan 4,4% (yoy). Aktivitas manufaktur yang kuat terus diindikasikan oleh pergerakan PMI manufaktur nasional yang selalu berada dalam zona ekpansi di sepanjang triwulan II.

        Indikasi ini juga diperkuat dengan kapasitas produksi manufaktur yang terus mendekati level prapandemi (triwulan II-2022: 72,91, rata-rata triwulanan 2015-2019: 73,75).  Sementara, selaras dengan sektor manufaktur, sektor perdagangan juga tumbuh stabil. Mobilitas dan konsumsi masyarakat yang meningkat tinggi pada momen lebaran menopang kuatnya sektor perdagangan.

        Keberlanjutan pemulihan dua sektor utama penopang pertumbuhan ini juga tercermin dari kinerja penerimaan perpajakan masing-masing sektor yang rata-rata tumbuh 56,3% dan 78,4% (yoy) pada triwulan II. Sektor konstruksi tumbuh sebesar 1,0 persen (yoy) pada triwulan II-2022.

        Aktivitas konstruksi masih didukung pertumbuhan kredit konstruksi yang tumbuh positif dalam beberapa bulan terakhir. Percepatan pembangunan proyek strategis pemerintah dan pemulihan aktivitas pembangunan oleh swasta diharapkan mampu terus menjadi pendorong kinerja sektor konstruksi ke depan.

        Normalisasi aturan mudik lebaran seiring semakin terkendalinya pandemi Covid-19 mendorong tingginya pertumbuhan sektor transportasi dan penyediaan akomodasi makan minum. Sektor transportasi dan sektor penyediaan akomodasi makan minum melonjak tinggi dengan tumbuh sebesar 21,3 persen dan 9,8 persen (yoy) pada triwulan II 2022. Kenaikan permintaan drastis (Pent-up demand) pada sektor ini terjadi pasca pembatasan mudik lebaran pada tahun 2020 dan 2021.

        Dengan dorongan tersebut, permintaan sektor penunjang pariwisata ini mampu meningkat tajam. Tingginya aktivitas pariwisata juga tercermin dari tingkat hunian hotel rata-rata pada triwulan II sebesar 44,8 persen. Selain itu, tingkat penerbangan domestik juga rata-rata tumbuh 34,6 persen (yoy) pada triwulan II.

        Ke depan, perekonomian diperkirakan masih akan melaju dengan kuat. Indikator yang mencerminkan pergerakan ekonomi ke depan (leading indicators) masih menunjukkan laju pemulihan yang stabil. Indikator Purchasing Managers’ Index Indonesia kokoh berada di zona ekspansi dalam 11 bulan terakhir dan menguat di bulan Juli 2022.

        Tingkat belanja masyarakat juga diperkirakan tetap stabil pada tingkat yang masih relatif tinggi di sepanjang bulan Juli. Namun demikian, tekanan dari gejolak perekonomian dunia perlu terus diwaspadai. Selain itu, fluktuasi penyebaran kasus COVID-19 juga masih terjadi. Partisipasi masyarakat pada program vaksinasi, termasuk pemberian vaksin booster, perlu terus diakselerasi.

        Baca Juga: Rebranding Rumah Sakit Jadi Rumah Sehat, Kenapa Anies Baswedan Tak Gunakan Puskesmas Saja?

        Konsistensi momentum pemulihan ekonomi di tahun 2022 merupakan kunci bagi perekonomian untuk melaju lebih tinggi di jangka menengah. Kementerian Keuangan memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi tahun 2022 akan berada pada kisaran 5,1 – 5,4%.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Andi Hidayat
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: