Menteri Johnny Ajak IJTI Adaptasi Dunia Digital guna Hadapi Tantangan Baru
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengungkapkan, perubahan perilaku masyarakat mengonsumsi berita dan konten serta kehadiran media baru Over-the-Top (OTT) membawa tantangan baru bagi industri media mainstream. Oleh karena itu, Johnny mendorong insan pertelevisian dalam negeri melakukan adaptasi dengan dunia digital.
"Kemudahan yang ditawarkan oleh media Over-the-Top membawa tantangan baru bagi industri media mainstream konvensional untuk mempertahankan relevansinya," ujar Johnny dikutip dari siaran persnya saat memberikan sambutan dalam Perayaan Hari Ulang Tahun ke-24 Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), yang berlangsung secara hibrida dari Gedung Dewan Pers, Jakarta Pusat, Selasa (9/8/2022) malam.
Baca Juga: Raih Predikat WTP, Menkominfo Sebut Angka 2,2 Persen Wajar seperti Kementerian dan Lembaga Lain
Menurut Menkominfo, kehadiran OTT merupakan game changer karena hal itu merupakan konsekuensi teknologi. Oleh karena itu, momentum itu perlu dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas, variasi produk yang ditawarkan, serta kualitas sumber daya manusia yang dimiliki.
"OTT adalah game changer, sekaligus momentum yang dapat dimanfaatkan industri media konvensional untuk mengevaluasi diri. Ini tugas kita bersama-sama jangan sampai kita terjebak pada hal-hal teknis," jelasnya.
Menteri Johnny menegaskan, keberadaan jurnalisme positif dan kemerdekaan pers harus dikaitkan dengan perubahan yang terjadi. Menurut Menkominfo, keberadaan OTT yang menyajikan berbagai konten dapat dipilih sesuai dengan minat penggunanya sehingga diperlukan kombinasi dari banyak hal karena sangat bergantung kepada pasar.
"Jadi, saya setuju sekali jurnalisme positif yang dikaitkan dengan kualitas jurnalisme. Apalagi, pasar kita yang merupakan kombinasi antara pasar rasional dan pasar emosional," ungkapnya.
Menurut Menteri Johnny, pendatang media baru makin mudah dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sehingga minat akan OTT makin meningkat seiring waktu.
"Ini tantangan riil media mainstream konvensional, tantangan real jurnalisme pertelevisian, tantangan riil IJTi dan industri pertelevisian kita. Ini enggak bisa main-main dengan kata-kata. Ini suatu keputusan besar yang harus diambil bersama-sama," tegasnya.
"Jadi, kita tidak saja berbicara dalam tataran yang berkaitan kualitas jurnalisme, kemerdekaan pers, tetapi harus didukung dengan industri yang sehat karena pasarnya akan bergeser sesuai dengan kehendak konsumen," ungkapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rena Laila Wuri
Editor: Puri Mei Setyaningrum