Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Pelukan 'Teletubbies' Kapolda Metro Jaya Fadil Imran dan Ferdy Sambo Disoroti Kriminolog: Saya Percaya Semua Orang di Polri Sudah Tahu...

        Pelukan 'Teletubbies' Kapolda Metro Jaya Fadil Imran dan Ferdy Sambo Disoroti Kriminolog: Saya Percaya Semua Orang di Polri Sudah Tahu... Kredit Foto: Antara/Galih Pradipta
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Skenario palsu di balik tewasnya Yosua Hutabarat alias Brigadir J runtuh seketika saat Kapolri mengumumkan bahwa Irjen Ferdy Sambo resmi menjadi tersangka.

        Konfrensi Pers yang langsung diisi oleh Kapolri Listyo Sigit Prabowo ditemani para petinggi Polri Bintang 3 tersebut membongkar apa yang sebenarnya terjadi di TKP yang berlokasi di duren 3.

        Ditemukan bahwa klaim tembak menembak tidak pernah terjadi yang artinya adalah Brigadir J ditembak atau dibunuh.

        Polisi telah menetapkan empat tersangka dalam kasus penembakan Brigadir J dengan perannya masing-masing. Antara lain Irjen Ferdy Sambo, Bharada E, Bripka RR, dan KM.

        Baca Juga: Ya Ampun... Berpelukan dengan Irjen Ferdy Sambo, Kapolda Fadil Imran Langgar Aturan? Pakar Hukum Tegas Singgung Nama Napoleon Bonaparte

        Untuk peran Bharada E, yakni melakukan penembakan terhadap Brigadir J. Bripka RR turut membantu dan menyaksikan penembakan Brigadir J. KM turut membantu dan menyaksikan penembakan terhadap korban.

        "FS (Ferdy Sambo) menyuruh melakukan dan menskenario peristiwa seolah-olah terjadi tembak menembak," jelas Kabareskrim Komjen Agus Andrianto, Selasa (9/8) malam.

        Pelukan Fadil Imran dan Ferdy Sambo

        Menariknya, di awal kasus itu ada momen pertemuan antara Ferdy Sambo dengan Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran di Mabes Polri, enam hari setelah penembakan terjadi, tepatnya Rabu (13/7/2022).

        Bahkan pengacara keluarga Brigadir J menyebut momen pelukan jenderal bintang dua tersebut sebagai pelukan teletubbies.

        “Itu sebetulnya tidak tepat ditangani oleh Polda Metro Jaya karena kita lihat itu, kalian-kalian juga yang memposting bahwa Kadiv Propam main teletubbies dengan Kapolda Metro Jaya,” kata kuasa hukum keluarga Brigadir Joshua, Kamarudin Simanjuntak, beberapa waktu lalu dikutip dari Populis.id.

        Dalam pertemuan itu, bahkan Fadil dengan Sambo sempat berpelukan. Sambo saat itu bahkan tak kuasa menahan tangis di pelukan Fadil.

        Terkait ini, kriminolog Universitas Indonesia Adrianus Meliala mengatakan, pertemuan itu kini menjadi menarik setelah Ferdy Sambo ditetapkan tersangka dalam kasus tersebut.

        Menurutnya, pertemuan itu menunjukkan di institusi Polri ada budaya polisi seperti keluarga bahagia lantaran semua orang merupakan kakak dan adik atau umum diketahui kakak asuh dan adik asuh.

        "Ini memang menarik kalau kita pakai pendekatan budaya polisi dimana melihat organisasi polisi itu seperti keluarga yang bahagia, dimana semua orang itu adalah abang dan adik," kata Adrianus kepada SuaraJakarta.id, Rabu (10/8/2022).

        Dengan budaya kekeluargaan seperti itu, Adrianus menduga, semua orang di kepolisian memungkinkan sudah mengetahui kasus penembakan Brigadir J.

        "Maka saya kok percaya, bahwa semua orang di Polri itu sudah tahu dengan situasi ini, sudah tahu dengan kejadian ini, termasuk juga ketika ada yang berpelukan sebetulnya itu sudah tahu sama tahu," ungkap Adrianus mengingat momen pertemuan antar petinggi Polri itu.

        Meski begitu, Polri tak bisa lantas menjerat Ferdy Sambo tanpa ada saksi dan bukti yang menguatkan bahwa Sambo bertanggung jawab atas penembakan Brigadir J itu.

        "Nah masalahnya kan bahwa budaya polisi itu tidak bisa dipaksa untuk menjerat orang. Saya misalnya, sebagai penyidik tidak bisa dong mengasumsikan karena mentang-mentang Fadil itu misalnya kakak asuhnya Ferdy Sambo, maka dia turut bertanggung jawab, kan kita nggak boleh begitu kan. Maka kita perlu pendekatan hukum," papar Adrianus.

        Baca Juga: Eks Kabais TNI Duga Sudah Ada Pihak yang “Tahu” di Balik Tewasnya Brigadir J, Pelukan Fadil Imran ke Ferdy Sambo Lagi-lagi Disebut, Ada Apa?

        Dalam aspek hukum, kata Adrianus, yang terpenting adalah bukti dan saksi. Maka itu, kemudian tak heran jika Sambo berupaya menghilangkan bukti dan menekan saksi atas penembakan Brigadir J itu.

        "Di hukum itu yang penting adalah bukti dan saksi, Sambo ke mata hukum itulah yang diacak-acak kan saksi dan bukti itu," ungkapnya.

        "Jadi sebetulnya semua orang di Polri sudah tahu bakal kejadian seperti ini, ya cuma untuk ngomong sampai tingkat pembuktian dan kesaksian itu yang kemudian lalu nggak ada yang mau melakukan," tambahnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: