Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tak Ingin Bungkam di Tengah Berbagai Masalah Twitter, Jack Dorsey: Saya Menyesal Twitter Jadi Perusahaan

        Tak Ingin Bungkam di Tengah Berbagai Masalah Twitter, Jack Dorsey: Saya Menyesal Twitter Jadi Perusahaan Kredit Foto: Joshua Roberts/Reuters
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Miliarder pendiri Twitter, Jack Dorsey mungkin tampak tak terlihat belakangan ini. Namun, Dorsey masih menjadi wajah perusahaan berlogo burung biru itu.

        Baru-baru ini, dalam balasan sebuah tweet yang menanyakan tentang penyesalan terbesarnya, Dorsey mengatakan bahwa dia berharap Twitter tak pernah menjadi perusahaan.

        “Masalah terbesar dan penyesalan terbesar saya adalah itu menjadi sebuah perusahaan,” ujar Dorsey yang dikutip dari Tech Crunch di Jakarta, Senin (29/8/22).

        Baca Juga: Rahasia Gelap Twitter Dibongkar Mantan Karyawan, Elon Musk Bisa Menang di Pengadilan!

        Mungkin pernyataan Dorsey terbilang aneh, namun dahulu ia pernah mengatakan bahwa Twitter seharusnya menjadi protocol internet atau IP, bukan perusahaan.

        “Saya tidak percaya individu atau institusi mana pun harus memiliki media sosial, atau lebih umum lagi perusahaan media,” tweet Dorsey pada bulan April lalu. “Twitter seharusnya menjadi protokol yang terbuka dan dapat diverifikasi. Semuanya adalah langkah menuju itu.”

        Jika Twitter menjadi protokol, Twitter akan beroperasi seperti email, yang tidak dikendalikan oleh satu entitas terpusat, dan orang-orang yang menggunakan penyedia email yang berbeda dapat berkomunikasi satu sama lain.

        Dorsey menjelaskan bahwa perusahaan sudah pasti berjuang untuk menyenangkan investor, memetakan arah pertumbuhan dan lain sebagainya. Bahkan kini semua orang yang tersisa di Twitter menavigasi fase perusahaan yang paling kacau.

        Kini, Twitter tengah terlibat dalam berbagai perjuangan.

        Perusahaan telah menggugat Musk karena mencoba meninggalkan tawarannya senilai USD44 miliar (Rp655 triliun) untuk membeli Twitter. Belum lama ini, seorang mantan eksekutif yang menjadi whistleblower juga menuduh Twitter menyesatkan regulator federal tentang langkah-langkah keamanannya untuk melindungi dari peretas dan akun spam.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: