Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Inflasi dan Krisis Ekonomi Masih Menghantui Indonesia

        Inflasi dan Krisis Ekonomi Masih Menghantui Indonesia Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan lonjakan inflasi di dalam negeri yang bisa dibilang tidak seekstrem sejumlah negara lain, seperti Amerika Serikat maupun beberapa negara di Eropa, tidak bisa membuat Indonesia tenang.

        Ketua Umum CEO Business Forum Indonesia Jahja B Soenarjo menyebut, setelah BBM naik, dan sekalipun harganya tidak ‘segila’ di Amerika, Eropa, Tiongkok, Singapura, terap saja inflasi dan krisis ekonomi menghantui Indonesia.

        Menurutnya, fundamental ekonomi Indonesia yang disebut kuat dengan pertumbuhan positif, tetapi harus dicermati dengan saksama sektor mana saja yang menyumbang pertumbuhan tersebut.

        Baca Juga: Inflasi Harga Bahan Pangan Terus Naik, Indonesia Terancam Masuki Stagflasi

        "Sementara sektor-sektor lain yang lebih berdampak kepada masyarakat luas, mungkin masih rapuh. Krisis dapat saja memperlebar jurang ketimpangan ekonomi, " ujar Jahja dalam keterangan tertulis yang diterima Senin (5/9/2022).

        Jahja mengatakan, dengan memperhatikan peringatan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu, maka seluruh elemen, baik pemerintah maupun swasta, harus bekerja sama membangun ketahanan ekonomi, serta mempercepat hilirisasi berbagai sektor untuk mengurangi ketergantungan impor, menguatkan nilai tambah dalam negeri. 

        "Banyak hal yang harus dilakukan bersama secara kolaborasi inklusif," ujarnya. 

        Lanjutnya, dengan kondisi beberapa negara di dunia termasuk Indonesia telah menyepakati transisi energi dan terbesit beberapa informasi yang menyebut bahwa Jerman telah membeli Lithium dari Kanada menjadi suatu permasalahan bagi Indonesia. 

        Pasalnya, dalam kekayaan alam Indonesia, Lithium merupakan bahan tambang yang langka dan nusantara hanya memiliki nikel saja.

        "Lithium ini langka, Indonesia hanya punya nikel saja. Elektrifikasi tak bisa ditawar untuk mengurangi konsumsi energi fosil. Panel Surya juga menjadi alternatif yang sudah prioritas, " ungkapnya. 

        Lebih lanjut, kesadaran akan bencana pemanasan bumi (global warming) harus disosialisasi, salah satunya juga dengan zero carbon emission. Saat ini iklim sudah kerap berubah dengan ekstrim. Di Los Angeles diinformasikan beberapa hari terakhir suhu mencapai 40+ derajat Celcius.

        "Apa yang dapat kita lakukan selaku pengusaha dan masyarakat yang peduli masa depan Indonesia?" tutupnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: