Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menteri Bahlil: Jabar Surga Investasi Bagi Pemodal

        Menteri Bahlil: Jabar Surga Investasi Bagi Pemodal Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
        Warta Ekonomi, Bandung -

        Provinsi Jawa Barat masih menjadi surga investasi baik bagi pemodal dari dalam maupun luar negeri.

        Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengatakan produktivitas pekerja di wilayah usaha Jawa Barat masih tertinggi di antara provinsi lainnya.

        Baca Juga: Bahlil: Ekonomi Global Tidak Stabil, Indonesia Patut Bersyukur Dipimpin Jokowi

        Produktivitas tinggi menjadi salah satu faktor yang membuat investor lebih melirik Jabar untuk menggelontorkan dananya dalam investasi.

        Selain itu, kemudahan berinvestasi khususnya dalam hal perizinan juga ikut menjadi pertimbangan investor untuk berinvestasi di Jabar.

        "Produktivitas pekerja di Jabar itu tinggi, dibandingkan daerah lain. Kebijakan Pak Gubernur (Ridwan Kamil) serta Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Satu Pintu di Jabar juga sangat responsif. Makanya banyak kesan positif disampaikan para investor," ujar Bahlil Lahadalia di sela acara West Java Investment Summit 2022 di Kota Bandung, Rabu (5/10/2022).

        Menurut Bahlil, kemudahan perizinan menunjukkan Jabar provinsi ramah investasi. Ditambah ketersediaan infrastruktur pendukung rencana investasi para pemilik modal, Jabar menjadi surga investasi  baik pemodal asing maupun dalam negeri.

        "Di Jabar, ke mana-mana itu dekat. Ada Pelabuhan Patimban, energi juga cukup tersedia. Apalagi Jabar juga concern dalam renewable energy" tuturnya.

        Dengan sejumlah kelebihannya itu, maka Jabar selalu menjadi provinsi dengan realisasi investasi tertinggi di Indonesia.

        Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan realisasi investasi sepanjang periode April-Juni atau hingga kuartal II 2022 mencapai Rp302,2 triliun atau meningkat sebesar 7 persen dibandingkan dengan kuartal I/2022, yang realisasinya mencapai Rp282,4 triliun.

        Baca Juga: Bahlil Puji Ganjar Pranowo di Hadapan Jokowi: Jelas Barang Ini!

        Secara kumulatif data realisasi investasi sepanjang periode Januari - Juni Tahun 2022 atau hingga semester I/2022 mencapai Rp584,6 triliun atau meningkat sebesar 32,0 persen (yoy) dibanding dengan periode yang sama pada 2021.

        Menteri Bahlil menyampaikan bahwa capaian ini menandakan investasi mulai pulih sejak pandemi COVID-19 melanda sejak dua tahun yang lalu.

        Persebaran realisasi investasi di luar Pulau Jawa pada triwulan ini kembali lebih unggul dari Pulau Jawa dengan kontribusi sebesar Rp157,1 triliun atau 52,0 persen dari total investasi, meningkat 38,0 persen dari periode yang sama di tahun 2021.

        Baca Juga: Lewat Hilirisasi, Menteri Bahlil Yakin Indonesia Bisa Maju

        Adapun investasi di luar Pulau Jawa mendapat kontribusi yang besar dari Sulawesi Tengah di peringkat ketiga dan Riau di peringkat kelima. Selain dua daerah tersebut, posisi lima besar diduduki oleh provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Jawa Timur.

        Pada kuartal II/2022, realisasi investasi di Jabar mencapai 14,6 persen, masih terbesar dibandingkan provinsi lainnya.

        Kedua terbesar adalah DKI Jakarta, sebesar 13 persen, dan ketiga Riau sebesar 10 persen  dari total realisasi investasi.

        Seperti diwartakan sebelumnya, Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Barat bersama Pemda Provinsi Jawa Barat kembali menggelar West Java Invesment Summit (WJIS) untuk menarik investor baik dalam dan luar negeri berinvestasi di Jabar.

        WJIS 2022 merupakan yang keempat kalinya digelar yang semuanya dilakukan di Kota Bandung. Berbeda dengan sebelumnya yang fokus proyek infrastruktur, WJIS 2022 lebih banyak menawarkan proyek - proyek energi baru dan terbarukan (EBT) atau renewable energy dan ketahanan pangan (food security).

        Total ada 32 proyek yang siap ditawarkan (ready to offer) kepada investor, didominasi proyek ekonomi hijau (green economy). Terdiri dari 11 proyek ketahanan pangan, 16 proyek EBT, dan  lima proyek infrastruktur pemerintah.

        Dalam proyek EBT misalnya, investor dapat berinvestasi dalam pengembangan teknologi kendaraan listrik seperti baterai mobil listrik, dan proyek hijau lain seperti PLTA Wado, pembangkit listrik mengapung tenaga matahari (floating solar plant) Cirata, serta pembangkit listrik tenaga angin di Sukabumi dan Garut.

        Sementara proyek ketahanan pangan, investor diharapkan turut mengembangkan teknologi agro dan maritim.

        Baca Juga: Sempat Pesimis dengan Masalah Investasi Mangkrak, Bahlil: Saat Ini Sudah Terealisasi Rp584 Triliun

        Setidaknya sudah ada 130 stakeholders yang berpartisipasi dan mendaftar melalui web terdiri dari perusahaan dalam dan luar negeri perbankan, pemerintahan baik di dalam dan luar Jabar, serta para duta besar. Total proyek yang ditawarkan Rp59,64 triliun atau USD3,9 miliar.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Rahmat Saepulloh
        Editor: Aldi Ginastiar

        Bagikan Artikel: