Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) mengungkapkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif selama enam bulan kepada bayi baru lahir memiliki efek yang sangat signifikan, terutama untuk mencegah bayi gagal tumbuh alias stunting.
Hal tersebut disampaikannya saat membuka Webinar Peran dan Manfaat Klinis ASI Eksklusif dalam Menurunkan Angka Stunting di Indonesia Serta Strategi Lulus MengASIhi yang diselenggarakan oleh Klik KB, Jumat (7/10/2022).
Baca Juga: Pemerintah Tegaskan Pasangan Calon Pengantin Harus Terima Informasi Stunting
"Ini menunjukkan bahwa upaya enam bulan pertama itu serius sekali untuk betul-betul ASI eksklusif menjadi suatu jawaban mengoreksi kekurangan-kekurangan bayi baru lahir, salah satunya enam bulan pertama adalah harus dengan ASI eksklusif. Oleh karena itu, kita masih harus berupaya keras untuk meningkatkan promosi ASI di satu forum-forum kegiatan seperti ini," kata Hasto dalam keterangannya, Senin (10/10/2022).
Berdasarkan data yang ada, kata Dokter Hasto, rata-rata seorang ibu sukses melakukan ASI Eksklusif masih sekitar 65% bahkan menurut data UNICEF dan WHO hanya 41% yang mendapatkan ASI Eksklusif di bawah enam bulan.
Sementara itu, bayi lahir prematur dan panjang kurang dari 48 sentimeter, berdasarkan data riset kesehatan dasar 2018, masih tinggi jumlahnya yakni 29%.
"Kemudian yang berat badannya yang kurang dari 2,5 kg masih 11 persen lebih," ujarnya.
Baca Juga: Pemerintah Optimistis Target Stunting Turun 14% pada 2024 Tercapai
Menanggapi hal tersebut, CEO Mom Uung dan Konselor Menyusui Jonathan Handoko menyebutkan selama tiga tahun terakhir perhatian ibu tentang ASI ekskusif sudah mulai meningkat.
Setelah ditelusuri lebih jauh, masalahnya ternyata lantaran kurangnya pengetahuan dan edukasi mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif. Sebab, selama hamil mereka hanya fokus melahirkan saja tapi belum pada tahap memikirkan ASI eksklusif.
"Karena itu, semoga dari acara ini kita bisa menjangkau lebih banyak, bisa membantu lebih banyak, dan semoga bola salju yang kita lakukan bisa di bantu oleh kalian sehingga bisa menggelinding ke bawah semakin besar dan semakin menjangkau angka kelahiran di Indonesia," ucap Jonathan.
Sementara itu, Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (PPIBI), dr. Emi Nurjasmi, M.Kes, menambahkan pemberian ASI eksklusif merupakan bagian stimulasi utama antara ibu dan bayi serta meningkatkan data tahan tubuh.
Baca Juga: Menkes Ingin Penanganan Stunting Harus dengan Intervensi Tepat
"Kemudian mengajak bicara, inilah stimulasi untuk meningkatkan kecerdasan perkembangan motoriknya dan sensoriknya. Menyusui dini adalah langkah awal keberhasilan ASI eksklusif," ujarnya.
Emi merinci, berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017, jumlah kematian bayi di Indonesia sebanyak 72 ribu atau 15% terjadi pada neonatal. Lalu bayi 24% ada 151.200 kematian.
"Lalu target saat ini menjadi 10 persen untuk neonatal dan untuk bayi menjadi 12 persen. Kematian bayi itu terjadi pada usia satu bulan, ini yang paling tinggi," tuturnya.
"Jadi pada periode kelahiran atau mulai dari hamilnya, persalinannya, sampai kepada masa nifas atau masa 42 hari. Ini ada hubungannya dengan periode pertolongan persalinan, tentu saja ada hubungan dengan persiapan persalinan dan pada masa kehamilan," sambungnya.
Baca Juga: Sejalan Dengan Tujuan Syariat Islam, Dai Diminta Ikut Atasi Stunting
Oleh karena itu, Emi menaruh perhatian penuh kepada seluruh bidan agar dapat memberikan pelayanan yang sesuai standar agar memberikan kontribusi yang maksimal terhadap penurunan angka kematian pada bayi-balita termasuk penurunan angka stunting.
Adapun, tingginya angka kematian bayi terjadi paling tinggi di rumah sakit yakni 67%. Sisanya di rumah atau fasyankes seperti Puskesmas dan klinik.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rena Laila Wuri
Editor: Ayu Almas