Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bappenas Beber Ada Banyak Tantangan untuk Capai Transisi Energi

        Bappenas Beber Ada Banyak Tantangan untuk Capai Transisi Energi Kredit Foto: PLN
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Direktur Ketenagalistrikan, Telekomunikasi, dan Informatika Kementerian Perencananan Pembangunan Nasional (PPN) Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas) Rachmat Mardiana menyebut untuk mencapai transisi energi, ada beberapa tantangan yang harus dilewati. 

        Rachmat mengatakan tantangan pertama adalah terkait dengan mayoritas sumber energi yang digunakan oleh masyarakat Indonesia yang masih berbasis kepada energi fosil, khususnya bahan bakar minyak (BBM) dan gas. 

        "Untuk BBM dan LPG juga didominasi oleh impor," ujar Rachmat dalam Indonesia Sustainable Energy Week dipantau virtual, Jumat (14/10/2022). 

        Baca Juga: Banyak Tantangan dalam Menuju Transisi dan Ketahanan Energi ASEAN

        Meski begitu menurutnya Indonesia memiliki potensi terkait dengan bonus demografi yang sampai dengan 2030 diperkirakan akan mencapai puncaknya. Ini yang perlu atau salah satu potensi yang dapat dimanfaatkan untuk bisa mendorong perkembangan ataupun perekonomian Indonesia ke depan. 

        Sementara itu, dari sisi geografis ini juga merupakan tantangan yang besar karena Indonesia terdiri dari 17 ribu kepulauan dan bagaimana Indonesia memberikan akses yang baik kepada seluruh masyarakat terkait dengan energi ini merupakan salah satu tantangan.

        "Kemudian dari sisi sumber energi khususnya energi terbarukan masih potensinya ada di beberapa tempat dari sisi kesesuaian demand itu relatif kecil sehingga perlu dipikirkan bagaimana potensi-potensi tadi bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan-kebutuhan di daerah lain," ujarnya. 

        Pasalnya, dengan luasnya negara Indonesia, maka sebaran dari potensi tersebut tersebar di beberapa wilayah, seperti sumber daya air banyak di Kalimantan dan Papua, kemudian juga terkait dengan panas bumi.

        "Kemudian untuk yang bisa dimanfaatkan yang lebih banyak seperti sinar matahari di mana sifat intermetensi yang perlu kita carikan solusinya dengan teknologi smart grid," ungkapnya. 

        Lanjutnya, dari sisi kemampuan teknologi masih kurang, dan dari sisi pembiayaan bagaimana Indonesia masih memerlukan biaya yang besar dan tingkat risiko di energi terbarukan masih tinggi.

        Sehingga masih diperlukan upaya-upaya bagaimana melakukan derisking di sisi keuangan, kemudian beberapa isu terkait mempensiunkan PLTU batu bara juga menjadi salah satu hal yang perlu dicermati.

        "Sehubungan dengan konsekuensi baik itu secara legal, secara sisi sosial maupun ekonomi," tutupnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: