Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Jadi Pengusaha Karena Kecelakaan, Ternyata 5 Value Investing Ini Jadi Rahasia di Balik Kekayaan Sandiaga Uno

        Jadi Pengusaha Karena Kecelakaan, Ternyata 5 Value Investing Ini Jadi Rahasia di Balik Kekayaan Sandiaga Uno Kredit Foto: Instagram/Sandiaga Salahudin Uno
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pengusaha yang juga Menteri Parisiwata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno mengakui bahwa dirinya menjadi pengusaha karena kecelakaan. Sejak dulu hobi Sandi adalah membaca buku. Saat krisis 1997, Sandi di PHK dan terpaksa memulai usaha sendiri dengan memberikan konsultasi kepada perusahaan-perusahaan yang ingin restrukturisasi.

        Dalam video YouTube bertajuk "PART 1 | RAHASIA KAYA SANDIAGA UNO | 5 KRITERIA VALUE INVESTING Yang PERTAMA KALI DIBUKA UMUM", Sandi menuturkan sedikit demi sedikit bisnis tersebut berubah menjadi raksasa investasi di bidang private equity. Saat itu krisis Indonesia mencapai minus 13%, tetapi di tengah krisis, Sandi meyakini masih banyak perusahaan yang potensial.

        Baca Juga: Sandiaga Uno Ingin Merasakan Satu Hari Menjadi Bill Gates: Dia Lebih Kuat dari Presiden Manapun di Dunia

        Adapun perusahaan pertama yang Sandi selamatkan adalah perusahaan yang bergerak di sumber daya alam, mulai dari gas bumi dan batu bara. Kemudian, dalam 3-4 tahun ke depan hasilnya pun terlihat. Setelah itu, Sandi mulai diversifikasi ke infrastruktur, seperti tower.

        Pada saat itu, Sandi bisa membuktikan bahwa value investing jika dilakukan di momen yang tepat di infrastruktur, maka kita akan bisa mendapatkan tingkat pengembalian investasi yang baik. Meski demikian, Sandi mengakui bahwa ia kerap melakukan kesalahan, seperti tidak berinvestasi yang cukup banyak di bidang teknologi.  Adapun value investing itu mencakup:

        1. Ability to Pay and Grow defense

        Jadi, value investing harus memasukkan perusahaan-perushaan yang memiliki kemampuan untuk membayar dan meningkatkan dividennya.

        2. Insensitivity our ability to benefit from Rising Rate

        Kita harus melihat adanya perusahaan yang justru memiliki kemampuan untuk diuntungkan dengan interest rate yang naik. Jika tidak memiliki kemampuan rising rate, paling tidak jangan sampai negatif. Ini adalah peruasahaan-perusahaan yang bisa mengelola utang dengan sangat bijak dan disiplin.

        3. Cyclical exposure to Economic Cycle

        Ini adalah cara untuk mencari perusahaan-perusahaan yang memiliki siklus yang stabil daripada siklus ekonomi. Ini adalah keuntungan kita ketika mendiversifikasi portfolio kita.

        4. Graphic Exposure

        Saat ini 60% perusahaan ada di pulau Jawa, dan 40% di luar pulau Jawa. Meski demikian, kita juga harus melihat potensi perusahaan di luar pulau Jawa yang juga bisa meroket.

        5. To identify likely earning growth

        Margin itu bisa diekspansi kalau punya keunggulan di bidang teknologi. Karena dengan memiliki keunggulan teknologi, ongkos produksi bisa ditekan, dan revenue akan meningkat.

        Video lengkapnya:

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: