Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Simak Cara Bikin Konten Bagus dan Beretika Berbeda

        Simak Cara Bikin Konten Bagus dan Beretika Berbeda Kredit Foto: Unsplash/Jodie Cook
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Konten kreator kerap mengabaikan etika bermedai digital demi memproduksi konten populer atau viral. Setiap individu harus memahami konten bagus dan beretika itu dapat dikatakan tidak sama.

        CEO dan Founder of Coffee Meets Stocks, Theo Derick mengatakan, konten bagus harus sesuai audience, tren, dan lain sebagainya. Dengan menambahkan judul menarik, setiap orang bisa memproduksinya dan viral. Hal ini disebut teknik berkonten.

        Baca Juga: Tentukan Tujuan Bermedia Sosial sebelum Membuat Konten

        "Beda lagi kalau bicarakan etika. Itu bawaan orangnya, bukan kontennya. Jadi dua hal berbeda," kata Theo saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, pada Selasa (25/10/2022).

        Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan, We Are Social mencatat kini pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna, di mana sebanyak 170 juta penggunanya menggunakan media sosial.

        Baca Juga: Tak Cuma Media Sosial, Bangunlah Networking Lewat Konten Hasil Kreasimu!

        Sekarang ini banyak konten bagus, yang dalam konteks mendapat views banyak, tapi tidak menunjukkan etika baik dari pembuat konten. Misalnya belum lama ini viral konten pendapatan Rp1,1 miliar dari usaha asuransi. Konten ini dilihat 14 juta kali dan viral, padahal dari angle lain tidak beretika. Karena memamerkan penghasilan dari usaha asuransi yang merupakan jasa untuk orang sakit, meninggal, hingga mendapat musibah.

        "Saya berusaha masuk dari angle berbeda, tidak seviral itu. Hanya 1,2 juta views. Cara bikin konen bagus dan beretika itu merupakan dua field berbeda," kata Theo.

        Sebagai respons untuk menanggapi perkembangan TIK ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital. Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.

        Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siber Kreasi.

        Baca Juga: Sesuaikan Bahasa Komunikasi dengan Tujuan Berkonten

        Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli di bidangnya untuk berbagi terkait budaya digital antara lain CEO dan Founder of Coffee Meets Stocks, Theo Derick. Kemudian Dosen STIKOSA AWS dan Bendahara RTIK Surabaya, E. Rizky Wulandari, S.Sos, M.I.Kom, serta mengundang Key Opinio Leader (KOL) dan Public Figure, Fanny Fabriana.

        Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Makin Cakap Digital 2022 hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial Siberkreasi, bisa klik ke Instagram @siberkreasi dan @literasidigitalkominfo.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ayu Almas

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: