Biar Penyakit Gaya Hidup Minggat! Yuk, Hidup Sehat bersama Super You by Sequis
Kita yang hidup pada masa kini tentu jauh berbeda dengan masa orang tua kita saat muda karena pada masa kini banyak fasilitas dan kesenangan yang mudah dijangkau. Salah satunya adalah menikmati kuliner berbagai rasa karena sudah banyak gerai dan dapat dipesan online.
Anda pasti familiar dengan donat crispy, dimsum, soft cookies, desert box, sei sapi, croffle, pisang goreng madu, dan sebagainya. Namun, pada akhirnya nikmatnya menyantap kuliner lezat menggiring kita pada kekhawatiran apakah kita termasuk berisiko terkena penyakit gaya hidup (lifestyle diseases). Lalu, apa saja risiko yang akan kita hadapi?
Senior Manager Medical Underwriter Sequis dr Fridolin Seto Pandu mengatakan, anakmuda perlu memberikan perhatian serius soal gangguan kesehatan karena faktor gaya hidup. Baca Juga: Sequis Adakan Customer Gathering untuk Nasabah di Medan dan Sosialisasikan Kantor Pemasaran Baru
Dia menuturkan, berbicara tentang penyakit gaya hidup, umumnya disebabkan oleh pola makan dan kandungan yang tidak sehat. Misalnya, makan dalam porsi banyak dan tinggi gula, garam, lemak dan minyak. Selain itu, kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol juga dapat membahayakan organ paru dan jantung. Faktor lainnya adalah kurang bergerak, malas melakukan latihan fisik, dan tidak berolahraga secara teratur.
"Penyakit gaya hidup tergolong Penyakit Tidak Menular (PTM) atau non-communicable disease (NCD), yakni penyakit yang bukan disebabkan oleh infeksi kuman, virus, bakteri, jamur atau bakteri. PTM ada yang tidak disadari atau kerap disebut penyakit dalam senyap, seperti hipertensi, kolesterol, dan diabetes. Penderitanya sering merasa tidak ada keluhan, hanya gejala ringan sehingga tidak diidentifikasi sebagai penyebab penyakit kritis. Sebaiknya, lakukan cek kesehatan untuk deteksi dini beberapa PTM,” jelas dr. Fridolin di Jakarta, Jumat (28/10/2022).
Pada masa lalu, kata Dia, penyakit diabetes, hipertensi, kolesterol, gagal ginjal, stroke identik mengancam kesehatan mereka yang lanjut usia. Namun sekarang, PTM sangat dekat dengan orang muda.
PTM sebenarnya masih bisa dicegah dengan menghindari faktor pencetus risikonya. Sayangnya, tidak semua orang berniat mengubah gaya hidup, bisa jadi tidak sempat, lingkungan pergaulan tidak mendukung, atau sudah menjadi kebiasaan hidup tidak teratur yang sudah dilakukan menahunsejak kecil. Demikian juga mengenai medical checkup, banyak yang abai karena merasa masih muda, jarang sakit, dan tidak memiliki waktu dan dana khusus untuk pemeriksaan kesehatan.
Nasehat memperbaiki gaya hidup, memperhatikan pola makan, rutin berolahraga, istirahat yang teratur, dan menghindari stres, sebenarnya sudah sering disuarakan oleh dokter dan pemerhati kesehatan. Akan tetapi, niat mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat jauh lebih sedikit. Padahal, jika penderita PTM terus bertambah, berpotensi menurunkan produktivitas pekerja. Jika pasien terancam putus sekolah atau tidak dapat lagi bekerja, kualitas hidup pun semakin turun. Meningkatnya jumlah orang sakit dapat meningkatkan kemiskinan karena dialihkannya tujuan produktif ke pengobatan penyakit.
Untuk itu, Dr. Fridolin menyarankan agar semua pihak mengambil peran memutuskan rantai PTM. Perlu regulasi yang mendukung untuk menekan kasus PTM, misalnya soal kandungan dan dosis pada makanan dan memberikan solusi atas keluhan masyarakat menyangkut ketersediaan fasilitas kesehatan dan beban pembiayaan penyakit kritis. Para pelaku kesehatan pun perlu aktif menyebarluaskan pemahaman dan kesadaran pentingnya hidup sehat dengan memanfaatkan banyak kanal komunikasi.
Tak lupa setiap pribadi dan keluarga Indonesia sebaiknya memberikan perhatian serius soal mempersiapkan jaring pengaman finansial keluarga untuk berjaga-jaga dari kemungkinan risiko PTM.
Perlunya mengamankan finansial sejak usia muda dibenarkan oleh Head of Digital Channel Sequis, Antonius Tan. Katanya, kebanyakan anak muda tertarik pada investasi dan berani mencoba berbagai platform investasi meskipun mengandung risiko tapi tetap melanjutkannya karena adanya potensi keuntungan.
"Namun, kesadaran berinvestasi idealnya diikuti dengan kesadaran berasuransi karena asuransi berperan menjaga uang kita agar tidak hilang jika terjadi risiko sakit, kecelakaan, atau meninggal dunia. Sayangnya, masih banyak yang enggan berasuransi, biasanya terkendala komitmen membayar premi," pungkasnya. Baca Juga: Kuartal II 2022, Sequis Life Bukukan Laba Rp259,15 Miliar
Solusi dari Anton agar masyarakat bisa mendapat premi yang murah dan lebih berpeluang diterima pengajuan asuransinya adalah berasuransi saat usia masih produktif dan masih sehat. Asuransi online dapat menjadi pilihan karena premi relatif murah dan cara pembelian pun mudah. Salah satunya Super You by Sequis Online yang menyediakan asuransi jiwa dan asuransi kesehatan dengan premi terjangkau agar masyarakat dapat berasuransi.
Ia menyebutkan bahwa Sequis melalui kanal asuransi online Super You by Sequis Online menyediakan asuransi kesehatan Super Easy Health untuk memenuhi kebutuhan anak muda, yakni mudah dibeli, premi terjangkau, dan dapat memberikan manfaat yang mumpuni bukan hanya menanggung biaya harian kamar rumah sakit.
Tak hanya itu, ada sejumlah manfaat yang berguna saat rawat inap. Misalnya, manfaat biaya perawatan kanker yang dibayarkan sesuai tagihan, biaya rawat cuci darah jika terdiagnosis gagal ginjal yang dibayar sesuai tagihan, dan manfaat terapi fisik oleh jasa ahli fisioterapi jika direkomendasikan oleh dokter spesialis.
Terakhir, Anton mengajak generasi muda Indonesia dapat memaknai Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada hari ini dengan berinisiatif mencegah PTM. “Kita dapat berpartisipasi menurunkan prevalensi PTM dengan mengurangi sikap konsumtif termasuk tidak FOMO pada makanan kekinian agar terhindar dari risiko PTM Dengan demikian kita bisa berkesempatan menabung. Jika memiliki tabungan otomatis memiliki dana untuk membayar premi asuransi. Pada akhirnya, uang yang kita siapkan tetap terjaga dan tidak tergerus untuk biaya rumah sakit,” tutup Anton.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman
Tag Terkait: