Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ayo Cegah Hipertensi dengan Cerdiktawa, Apa Itu?

        Ayo Cegah Hipertensi dengan Cerdiktawa, Apa Itu? Kredit Foto: Istimewa
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        The Silent Disease adalah ungkapan yang cocok untuk menggambarkan penyakit hipertensi. Penyakit hipertensi seringkali datang sembunyi-sembunyi tanpa menunjukkan gejala tertentu yang dapat dilihat secara kasat mata. Hipertensi adalah suatu kondisi di mana tekanan darah lebih tinggi dari nilai normal yaitu diatas 120 mmHg dan 80 mmHg.

        Hipertensi diam-diam bisa menjadi pembunuh paling kejam. Sebagaimana di lansir dalam laman detikhealth.com (diakses pada sabtu. 15 okt 2021 pukul 22.00) menyebutkan bahwa Hipertensi diam-diam bisa menjadi pembunuh paling kejam. Betapa tidak, tanpa gejala apapun kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi penyakit mematikan seperti jantung dan stroke. 

        Baca Juga: Biar Penyakit Gaya Hidup Minggat! Yuk, Hidup Sehat bersama Super You by Sequis

        Beberapa pesohor tanah air yang pernah mengidap hipertensi 

        Lima artis Indonesia yang berjuang melawan hipertensi, bahkan salah satu diantaranya meninggal dunia akibat komplikasi dari hipertensi. Berikut ulasan selengkapnya di halaman SINDOnews.com pada Kamis, 04 Agustus 2022 - 08:38 WIB oleh Muhammad Sukardi:

        1. Ade Namnung

        Pelawak bertubuh besar ini bukan hanya berjuang dengan obesitas, tapi juga masalah tekanan darah tinggi. Akibat penyakit tersebut, Ade bahkan kena komplikasi gagal jantung. Itu juga yang menyebabkan dirinya meninggal dunia di umur 34 tahun pada 31 Januari 2012.

        2. Tio Pakusadewo

        Aktor senior yang satu ini ternyata pernah mengidap darah tinggi. Penyakit itu dialami Tio saat dirinya mendekam di penjara pada pertengahan 2020. Namun, kepada rekan media pihak pengacara Tio tidak membeberkan apa penyebab Tio mengalami masalah kesehatan tersebut.

        3. Puspa Dewi

        Selebgram cantik yang sempat viral di 2020 ini pun ternyata pernah mengidap darah tinggi atau hipertensi. Pengalaman dia berjuang menstabilkan tekanan darah diutarakannya di channel Youtube SOPALPHA Official. Di situ Puspa Dewi mengaku bahwa faktor keturunan menjadi salah satu penyebab dirinya mengalami darah tinggi. Tapi, faktor lain yang jadi penyebab adalah suka makan makanan asin, pekerjaan yang terlalu banyak, hingga suka marah-marah.

        4. Kris Biantoro

        Penyanyi senior yang satu ini pun pernah mengidap darah tinggi. Kris Biantoro meninggal dunia pada 2013 ketika usianya 75 tahun.

        5. Dallas Pratama

        Pemain sinetron dan FTV yang satu ini pun mengaku pernah mengidap darah tinggi. Dallas bahkan sempat koma dan hilang ingatan selama beberapa waktu akibat mengidap darah tinggi.

        Berapa jumlah kasus kematian akibat hipertensi di Indonesia?

        Kejadian hipertensi termasuk masalah kesehatan global terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 melaporkan prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran mencapai 25,8%, mengalami kenaikan cukup tinggi pada 2018. Data Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa jumlah kasus kematian akibat hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia >18 tahun di Indonesia sebesar 34,11%. Kasus kematian tertinggi terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan (44,1%), sedangkan terendah di Papua (22,2%). Adapun menurut Kementrian Kesehatan RI, Prevalensi hipertensi Provinsi Sumatera Selatan mencapai 26,1% pada tahun 2013 dan meningkat menjadi 30,44 % pada tahun 2018. Dalam rentang waktu 5 tahun, terjadi kenaikan kasus hipertensi di Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 4%.

        Kenali tanda hipertensi sejak dini

        Beberapa orang yang mengalami hipertensi tidak menimbulkan gejala dan ada yang menunjukkan gejala tergantung dengan kondisi tubuh masing-masing. Karena dianggap biasa saja, seringkali seseorang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi sampai suatu waktu terjadi komplikasi kesehatan dan menunjukkan gejala yang beresiko. Pada sebagian kasus, tekanan darah yang tidak dikontrol (hipertensi) dapat membahayakan dan meimbulkan efek secara langsung seperti penyakit stroke, jantung bahkan kematian. Oleh sebab itu hipertensi disebut sebagai muara dari segala jenis penyakit dan sebagai pembunuh senyap terutama untuk kalangan usia muda pada rentang umur 25 sampai dengan 35 tahun. Umumnya orang yang mengalami hipertensi akan sering sakit kepala dan pusing, jantung berdebar-debar, rasa sakit didada, perasaan gelisah, penglihatan menjadi kabur, mudah lelah hingga mimisan. Sampai saat ini tidak ada gejala atau keluhan tertentu yang dapat menunjukkan seorang terkena hipertensi.

        Benarkah pekerja kantoran rentan terkena hipertensi?

        Hampir sebagian besar pekerja menghabiskan waktu dikantor. Selama kurang lebih 8 jam pekerja kantoran hanya melakukan aktivitas didepan komputer saja, tanpa melakukan aktivitas fisik. Oleh sebab itu pekerja kantoran dapat dikategorikan lebih rentan terkena hipertensi meski dalam usia muda. Adapun faktor risiko hipertensi yang tidak dapat dikendalikan yaitu riwayat penyakit keluarga, usia dan adanya co-morbid seperti diabetes dan penyakit ginjal. Beberapa faktor risiko hipertensi yang harusnya dapat dikendalikan antara lain pola makan seperti mengurangi asupan garam dan gula, perbanyak konsumsi makanan tinggi potasium dan kalsium, perbanyak asupan buah dan sayur, rutin berolahraga,berhenti  merokok, kurangin minum kopi dan mengelola stress.

        Faktor pemicu terjadinya hipertensi

        “ Beban pekerjaan yang berat juga tugas dan kewajiban sebagai istri berdampak pada peningkatan stress, kelelahan, mudah emosi dan cepat marah sehingga tekanan darah menjadi naik“ (Widya).

        Kutipan tersebut diambil dari responden pekerja kantoran perempuan. Ternyata banyak faktor yang dapat menjadi pemicu hipertensi. Salah satunya karena tekanan pekerjaan yang tinggi atau beban kerja melebihi kapasitas, seringkali menimbulkan rasa cemas, gelisah, kurang konsentrasi, mudah emosi, cepat marah sehingga semua itu berdampak pada peningkatan stress saat usia muda. Stress adalah pemicu utama hipertensi. Adapun kondisi lingkungan kantor yang tidak sesuai akan berdampak pada kejadian hipertensi. Kebisingan sekitar kantor yang melebihi nilai ambang batas, intensitas cahaya ruang kerja yang terlalu gelap dan terlalu terang, kelembaban dan suhu ruang yang lebih tinggi atau rendah dari nilai ambang, Ventilasi ruang kantor untuk pertukaran udara yang tidak sesuai, jumlah debu yang melebihi nilai ambang batas karena ruang kerja jarang dibersihkan dapat menyebabkan resiko hipertensi dan keluhan kesehatan lainnya. Banyak masalah kesehatan yang ditimbulkan dari faktor lingkungan fisik yang tidak terpenuhi sehingga jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah keseluruh tubuh dan akibatnya dapat meningkatkan tekanan darah pada pekerja kantoran.

        Menurut Utama, 2021 bahwa faktor keturunan atau genetik menjadi faktor pemicu kejadian hipertensi. Sekitar 70- 80% penderita hipertensi, ditemukan riwayat hipertensi dikeluarga.Kelompok orang yang memiliki faktor genetik hipertensi, pada saat umur 40-an mengalami peningkatan kenaikan tekanan darah dibandingkan saat usia mereka di 7 tahun. Sehingga seharusnya seseorang yang memiliki riwayat keturunan hipertensi dapat lebih waspada dan dijadikan alarm diri dengan menerapkan pola hidup dan kebiasaan sehat. 

        Apa itu Cerdiktawa?

        Untuk upaya pencegahan hipertensi sejak usia muda, dapat menerapkan CERDIKTAWA secara konsisten yaitu :

        • Cek kesehatan rutin seperti cek tekanan darah dan menjaga pola hidup sehat

        • Enyahkan asap rokok, karena rokok sangat membahayakan bagi kesehatan

        • Rajin aktifitas fisik, seperti olahraga ringan saat dikantor dan banyak gerak

        • Diet seimbang, seperti mengatur konsumsi garam dan gula

        • Istirahat cukup, agar tidak kelelahan dan tetap focus dalam beraktifitas

        • Kelola stress dengan Terapi TAWA.

        Factor lain yang mempengaruhi hipertensi adalah tingkat stress. Dalam keaadaan kondisi tubuh yang lelah,  mengelola faktor stressor adalah hal yang paling penting karena menjadi salah satu faktor untuk menurunkan tekanan darah. Hal itu bisa dilakukan dengan mengikuti “Terapi Tawa“. Terapi tawa dilakukan dengan cara mengajak seseorang melakukan aktivitas tertawa dengan melibatkan perilaku dan gerakan tubuh yaitu dengan melakukan latihan teknik tawa untuk memunculkan tertawa alami lewat perilakunya sendiri tanpa adanya humor. Individu akan berlatih melakukan gerakan motorik dan suara tertawa, yang berakhir pada peningkatan kondisi fisiologis

        Beberapa penelitian terhadap terapi tawa menunjukkan, bahwa terapi tawa memiliki dampak psikologis dan fisiologis, terkait stres, efikasi diri, dan tekanan darah. Seperti penelitian oleh psikolog UGM dan UNSRI bahwa Terapi Tawa memiliki peran dalam menyumbangkan pengontrolan tekanan darah dan penurunan kondisi stres, yang mana dijurnal tersebut menjelaskan peserta pada kelompok eksperimen terjadi penurunan dan adaptasi fisiologis tekanan darah setelah terapi berulang, sementara efek terhadap fisik yang langsung dirasakan adalah kondisi tubuh yang terasa segar, pegal-pegal dan pusing yang berkurang. Efek psikologis pun dirasakan salah satunya dengan meningkatnya emosi positif seperti perasaan senang, perilaku yang lebih bersemangat, dan dapat mengurangi atau mengalihkan pikiran dari permasalahan.

        Berdasarkan informasi tersebut, banyak factor yang dapat mempengaruhi kejadian hipertensi dan betapa menakutkannya komplikasi akibat hipertensi jika dibiarkan saja. Oleh karena itu, pekerja kantoran dapat terlibat dalam upaya penurunan kejadian hipertensi dengan menerapkan cerdiktawa agar dapat hidup sehat lebih  lama.

        Penulis: Dessy Widiyaristi, Muhamad Chalid As shadiqy, Welnitadan Purnamaliya, Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat UNSRI

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Lestari Ningsih

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: