Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Biar Penyakit Gaya Hidup Minggat! Yuk, Hidup Sehat bersama Super You by Sequis

Biar Penyakit Gaya Hidup Minggat! Yuk, Hidup Sehat bersama Super You by Sequis Kredit Foto: Sequis Life
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kita yang hidup pada masa kini tentu jauh berbeda dengan masa orang tua kita saat muda karena pada masa kini banyak fasilitas dan kesenangan yang mudah dijangkau. Salah satunya adalah menikmati kuliner berbagai rasa karena sudah banyak gerai dan dapat dipesan online.

Anda pasti familiar dengan donat crispy, dimsum, soft cookies, desert box, sei sapi, croffle, pisang goreng madu, dan sebagainya. Namun, pada akhirnya nikmatnya menyantap kuliner lezat menggiring kita pada kekhawatiran apakah kita termasuk berisiko terkena penyakit gaya hidup (lifestyle diseases). Lalu, apa saja risiko yang akan kita hadapi?

Senior Manager Medical Underwriter Sequis dr Fridolin Seto Pandu mengatakan, anakmuda perlu memberikan perhatian serius soal gangguan kesehatan karena faktor gaya hidup. Baca Juga: Sequis Adakan Customer Gathering untuk Nasabah di Medan dan Sosialisasikan Kantor Pemasaran Baru

Dia menuturkan, berbicara tentang penyakit gaya hidup, umumnya disebabkan oleh pola makan dan kandungan yang tidak sehat. Misalnya, makan dalam porsi banyak dan tinggi gula, garam, lemak dan minyak. Selain itu, kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol juga dapat membahayakan organ paru dan jantung. Faktor lainnya adalah kurang bergerak, malas melakukan latihan fisik, dan tidak berolahraga secara teratur.

"Penyakit gaya hidup tergolong Penyakit Tidak Menular (PTM) atau non-communicable disease (NCD), yakni penyakit yang bukan disebabkan oleh infeksi kuman, virus, bakteri, jamur atau bakteri. PTM ada yang tidak disadari atau kerap disebut penyakit dalam senyap, seperti hipertensi, kolesterol, dan diabetes. Penderitanya sering merasa tidak ada keluhan, hanya gejala ringan sehingga tidak diidentifikasi sebagai penyebab penyakit kritis. Sebaiknya, lakukan cek kesehatan untuk deteksi dini beberapa PTM,” jelas dr. Fridolin di Jakarta, Jumat (28/10/2022).

Pada masa lalu, kata Dia, penyakit diabetes, hipertensi, kolesterol, gagal ginjal, stroke identik mengancam kesehatan mereka yang lanjut usia. Namun sekarang, PTM sangat dekat dengan orang muda.

PTM sebenarnya masih bisa dicegah dengan menghindari faktor pencetus risikonya. Sayangnya, tidak semua orang berniat mengubah gaya hidup, bisa jadi tidak sempat, lingkungan pergaulan tidak mendukung, atau sudah menjadi kebiasaan hidup tidak teratur yang sudah dilakukan menahunsejak kecil. Demikian juga mengenai medical checkup, banyak yang abai karena merasa masih muda, jarang sakit, dan tidak memiliki waktu dan dana khusus untuk pemeriksaan kesehatan.

Nasehat memperbaiki gaya hidup, memperhatikan pola makan, rutin berolahraga, istirahat yang teratur, dan menghindari stres, sebenarnya sudah sering disuarakan oleh dokter dan pemerhati kesehatan. Akan tetapi, niat mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat jauh lebih sedikit. Padahal, jika penderita PTM terus bertambah, berpotensi menurunkan produktivitas pekerja. Jika pasien terancam putus sekolah atau tidak dapat lagi bekerja, kualitas hidup pun semakin turun. Meningkatnya jumlah orang sakit dapat meningkatkan kemiskinan karena dialihkannya tujuan produktif ke pengobatan penyakit.

Baca Juga: Imigrasi Depak WN Turki dari Bali gegara Sembunyikan Buronan

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Bagikan Artikel: