Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Laporan Arab Saudi ke Amerika Soal Serangan Iran Nyatanya Salah, Intelijen Bohong?

        Laporan Arab Saudi ke Amerika Soal Serangan Iran Nyatanya Salah, Intelijen Bohong? Kredit Foto: Reuters/Morteza Nikoubazl
        Warta Ekonomi, Teheran -

        Pemerintah Iran membantah laporan yang menyebut mereka memiliki rencana untuk menyerang Arab Saudi. Laporan itu sempat dipublikasikan Wall Street Journal mengutip sumber intelijen yang dibagikan Saudi dengan peringatan Amerika Serikat (AS).

        “Produksi berita yang bias oleh beberapa pihak Barat dan Zionis bertujuan untuk menciptakan suasana negatif terhadap Iran dan menghancurkan tren positif saat ini dengan negara-negara di kawasan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanani dilaporkan kantor berita Iran, Islamic Republic News Agency (IRNA).

        Baca Juga: Timur Tengah Siaga Tinggi, Intelijen Endus Kerajaan Arab Saudi Jadi Incaran Militer Iran

        Dia menekankan, Iran tetap menerapkan kebijakannya tentang hubungan bertetangga yang baik.

        “Iran melanjutkan kebijakan bertetangga yang baik dengan tetangga-tetangganya berdasarkan saling menghormati serta dalam kerangka prinsip dan kesepakatan internasional, dan mempertimbangkan pembentukan dan mempromosikan stabilitas serta keamanan di kawasan yang melekat pada interaksi konstruktif dengan tetangganya,” ucap Kanani.

        Pada Selasa (1/11/2022) lalu, Wall Street Journal menerbitkan laporan yang menyebut bahwa Iran memiliki rencana untuk menyerang Arab Saudi.

        Informasi itu mereka peroleh dari sumber intelijen. Menurut Wall Street Journal, Saudi berbagi informasi intelijen dengan peringatan AS tentang “serangan segera” dari Iran terhadap beberapa target di Saudi.

        Laporan Wall Street Journal menambahkan bahwa Saudi, AS, dan negara-negara tetangga lainnya di kawasan telah meningkatkan tingkat kewaspadaan untuk pasukan militer mereka. Pada Selasa lalu, AS menyatakan keprihatinan tentang ancaman Iran terhadap Saudi. Washington menegaskan, mereka tidak akan ragu merespons jika diperlukan.

        "Kami prihatin dengan gambaran ancaman, dan kami tetap berhubungan terus-menerus melalui saluran militer dan intelijen dengan Saudi. Kami tidak akan ragu untuk bertindak membela kepentingan dan mitra kami di kawasan tersebut," kata seorang juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS.

        Sejak April 2021, Saudi dan Iran telah terlibat dalam pembicaraan rekonsiliasi. Kedua negara sudah menggelar beberapa putaran pembicaraan dan masih berproses hingga kini. Irak mengambil peran sebagai mediator dalam proses tersebut.

        Pada September lalu, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Iran mengatakan ada pendekatan baru oleh Saudi. Menurut mereka, sudah ada keyakinan untuk melakukan diskusi dan negosiasi guna memulihkan hubungan resmi kedua negara. Teheran menggambarkan langkah itu sebagai "perkembangan penting".

        Pada Juli lalu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Hossein Amir-Abdollahian mengungkapkan, Iran dan Saudi siap memindahkan pembicaraan rekonsiliasi ke tingkat yang lebih tinggi.

        “Kemajuan telah dicapai dalam negosiasi ini,” ucapnya pada 21 Juli lalu.

        Menurut Amir-Abdollahian, Menlu Irak Fuad Hussein telah menyampaikan bahwa Saudi memindahkan pembicaraan ke tingkat politik dan publik.

        “Kami mengumumkan kesiapan kami untuk pembicaraan memasuki panggung politik,” ujar Amir-Abdollahian.

        Dia berharap negosiasi negaranya dengan Riyadh akan mengarah pada pemulihan dan normalisasi hubungan diplomatik bilateral. Saudi memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Iran pada 2016.

        Langkah itu diambil setelah Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran digeruduk dan dibakar massa pengunjuk rasa.

        Penggerudukan itu terjadi saat warga Iran berdemonstrasi memprotes keputusan Saudi mengeksekusi mati ulama Syiah bernama Nimr al-Nimr.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: