Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, terdapat tren penurunan, tetapi masih dalam zona ekspansi pada Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Ia menyebut, penurunan tersebut merupakan dampak dari penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) yang menimbulkan tingkat kenaikan harga.
Sri Mulyani mengungkapkan, PMI Manufaktur Indonesia pada Oktober 2022 masih masuk di dalam zona ekspansi, yaitu pada level 51,8. Namun, angka tersebut mengalami penurunan dari bulan sebelumnya yang berada pada level 53,7. Selain itu, IKK juga menunjukkan persepsi konsumen yang ekspansif, yaitu berada pada level 117,2. Posisi ini mengalami penurunan dari posisi pada Juni 2022 yang berada di level 128,2. Sementara, Indeks Penjualan Riil (IPR) pada September 2022 tumbuh 5,5% (year-on-year/yoy).
Baca Juga: Ribuan Nelayan di Rembang Terbantu Bansos BBM Subsidi
"Perbaikan di sisi ekonomi domestik, Indonesia masih terus berlanjut. Ini ditopang agregat demand sisi domestik, yaitu konsumsi swasta yang masih tetap kuat di tengah kenaikan inflasi, investasi nonbangunan yang meningkat, serta kinerja ekspor yang masih terjaga," jelas Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK Keempat Tahun 2022, Kamis (3/11/2022).
Sementara itu, Sri Mulyani menyampaikan bahwa inflasi juga tercatat lebih rendah dari perkiraan awal, terutama semenjak pemerintah melakukan kenaikan harga BBM. Indeks Inflasi Harga Konsumen (IHK) bulan Oktober 2022 tercatat pada level 5,71% (yoy), ini lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat 5,95% (yoy).
"Maupun dalam hal ini lebih rendah dibandingkan perkiraan awal pada saat pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM, yang memang pasti akan memengaruhi kelompok dari adminestered price dan juga dari volatile food," ujar bendahara negara Indonesia.
"Ini merupakan suatu tanda dan perkembangan yang baik, yaitu Indonesia tetap mampu menjaga inflasi relatif dalam level yang moderat. Inflasi dari volatile food mengalami penurunan menjadi 7,19% (yoy). Hal ini sejalan dengan langkah-langkah sinergi dan koordinasi yang dilaksanakan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat dan pemerintah daerah, bersama-sama dengan Bank Indonesia, serta berbagai mitra strategis lainnya, yang terwadahi dalam tim pengendali inflasi pusat dan tim pengendali inflasi daerah, serta terus digiatkan nya gerakan nasional pengendalian inflasi pangan (GNPIP)," lanjutnya.
Lebih lanjut, Sri Mulyani juga menyampaikan, dalam menangani inflasi nasional, pemerintah menggunakan instrumen, seperti dana insentif daerah untuk memberikan reward bagi daerah-daerah yang terus menjaga dan memperhatikan tingkat inflasi di daerah masing-masing.
Adapaun inflasi dari administered prices tidak setinggi yang sebelumnya diperkirakan, yaitu pada level 13,28% (yoy). "Sesudah pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM yang kemudian memengaruhi tarif angkutan yang dampaknya lebih rendah," imbuhnya.
Sementara itu, inflasi inti tetap terjaga pada tingkat yang rendah, yaitu pada 3,31% (yoy). Hal ini sejalan dengan rendahnya dampak rambatan dari penyesuaian harga BBM dan belum kuatnya tekanan inflasi yang berasal dari sisi permintaan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Martyasari Rizky
Editor: Puri Mei Setyaningrum