Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Nilai Tukar Rupiah Bertengger di Rp15.600 per Dolar AS, Ekonom: Masih Dipengaruhi Sentimen Global

        Nilai Tukar Rupiah Bertengger di Rp15.600 per Dolar AS, Ekonom: Masih Dipengaruhi Sentimen Global Kredit Foto: Lestari Ningsih
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Nilai tukar rupiah bergerak melemah terhadap dolar AS. Melansir RTI, dalam periode sebulan terakhir, rupiah mencatatkan koreksi sedalam -2,61%. Koreksi tersebut setara dengan -9,20% year to date (ytd). 

        Rupiah bergerak di kisaran level Rp15.600 per dolar AS pada perdagangan Kamis, 3 November 2022. Sentimen global dinilai menjadi faktor pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Senior Economist Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, menyebutkan bahwa dalam jangka pendek rupiah masih akan terdampak oleh kenaikan suku bunga The Fed.

        Baca Juga: Kamis Manis, Harga Emas Pegadaian Hari Ini Melonjak Drastis!

        Sebagaimana diketahui, The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps pada November 2022. The Fed telah menaikkan suku bunga sebesar 75 bps selama empat bulan berturut-turut. Selain suku bunga AS, rupiah juga dibayangi kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral Inggris hingga Bank Sentral Eropa. 

        "Sementara ini rupiah dipengaruhi oleh sentimen global. Suku bunga di AS naik lebih cepat, lalu akan disusul oleh Inggris dan Eropa. Di sisi lain, Jepang suku bunganya masih minus 0,1%. Ini yang menyebabkan indeks dolar terjaga dan hal itu berdampak kepada rupiah," pungkas Rully saat ditemui usai Media Day by Mirae Asset Sekuritas di Jakarta, Kamis, 3 November 2022.

        Meskipun begitu, Rully menyatakan bahwa rupiah memiliki sentimen positif dari data inflasi Indonesia. Hal itu mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam kondisi baik dengan mobilitas yang juga membaik. Meski ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi melambat, ia meyakini bahwa Indonesia tidak akan resesi.

        "Mungkin akan slowdown beberapa kuartal ke depan, tetapi tidak akan resesi. Inflasinya tetap rendah. Suku bunga (BI) masih akan tetap naik, namun kenaikannya tidak setinggi sebelum-sebelumnya," tegasnya lagi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Lestari Ningsih
        Editor: Lestari Ningsih

        Bagikan Artikel: