Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tumbuh Double Digit, Cemindo Gemilang Catat Pendapatan Rp6,91 Triliun

        Tumbuh Double Digit, Cemindo Gemilang Catat Pendapatan Rp6,91 Triliun Kredit Foto: WE
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Cemindo Gemilang Tbk (CMNT) mampu membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 17,5% menjadi Rp6,91 triliun hingga September 2022 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp 5,88 triliun. 

        Dikatakan dalam keterangan tertulisnya, keberhasilan Perseroan didukung menerapkan strategi inovatif serta melakukan perencanaan yang cermat untuk mengatasi berbagai tantangan terutama kenaikan harga energi dan biaya logistik.

        Ameesh Anand, Direktur Keuangan Cemindo Gemilang menjelaskan perseroan membukukan pertumbuhan pendapatan sebesar 17,5% secara YoY dan mempertahankan EBITDA menjadi sekitar Rp1,45 triliun untuk periode yang sama. Strategi inovatif juga mampu meningkatkan pangsa pasar perseroan menjadi 7% hingga September 2022 dari posisi 6,2% di periode yang sama 2021.

        Guna mendukung kinerja keuangan, lanjut dia, perseroan melakukan pembiayaan kembali pinjaman dalam kurs rupiah menjadi dolar AS (US$) yang selesai pada bulan Desember 2021, sehingga mampu mengefisienkan biaya bunga yang turun sekitar Rp84 miliar yaitu sekitar 6,35% dari penjualan dibandingkan 8,9% dari penjualan untuk periode yang sama tahun lalu.

        “Tahun 2022 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi industri semen di seluruh dunia, karena biaya input utama terutama energi dan biaya logistik telah meningkat jauh lebih tinggi daripada tingkat inflasi umum,” ujarnya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (10/11).

        Dia menambahkan, dengan perencanaan yang cermat dan menjaga hubungan yang erat dengan vendor, perseroan dapat mengamankan sebagian besar dari kebutuhan batubara melalui rute DMO. “Kami berterima kasih kepada Asosiasi Semen Indonesia (ASI) dan Pemerintah Indonesia yang telah mendukung produksi semen di Indonesia secara berkelanjutan,” paparnya.

        Menurut dia, di sisa 2022 atau kuartal IV tahun ini, perseroan masih menghadapi perlambatan ekonomi global dan terus mencari cara inovatif untuk meningkatkan penjualan dan profitabilitas. “Perseroan yakin dapat memenuhi target pertumbuhan pendapatan sebesar 15% untuk tahun 2022,” jelasnya. 

        Sementara itu, Head of Research Praus Capital, Alfred Nainggolan menilai meski membukukan pertumbuhan pendapatan yang cukup solid dalam periode sembilan bulan 2022, Cemindo Gemilang masih harus mengantisipasi tren konsumsi lokal serta berhati-hati dengan kinerja profitabilitasnya. “Secara pertumbuhan, konsumsi semen mulai mengalami perbaikan yang ditopang kenaikan demand, sejalan (in line) dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif sejak kuartal 4-2021 hingga kuartal 3-2022. Namun kondisi ini belum pulih seperti kondisi 2019 (Pra Covid),” jelasnya. 

        Untuk tahun 2023, lanjut dia, konsumsi semen akan sangat berharap pada permintaan domestik namun pertumbuhannya masih sangat kecil. “Itupun dengan memasukkan berjalannya proyek pemerintah seperti proyek strategis dan IKN. Selain itu tantangan pertumbuhan industri semen masih dihadapkan pada kondisi over supply yang cukup besar,” ucapnya.

        Sedangkan dari sisi kinerja keuangan, lanjut dia, memang terjadi kenaikan pendapatan perseroan dalam periode sembilan bulan 2022, namun terjadi penurunan margin laba, baik itu margin kotor dan margin usaha. “Hal ini mengindikasikan peningkatan penjualan disebabkan mempertahankan/penurunan harga jual yang dilakukan saat biaya produksi atau operasional meningkat. Dengan strategi itu, perseroan mampu meningkatkan penjualan atau mampu menjaga dan bahkan memperbesar pangsa pasar, namun mengorbankan margin keuntungan,” ujarnya. 

        Dia juga menyoroti tantangan terbesar emiten semen untuk tahun depan antara lain persaingan yang cukup berat di antara produsen semen di Tanah Air khususnya para pemain besar seperti Semen Indonesia Group dan Indocement. “Kondisi over supply akan membuat tidak adanya penambahan kapasitas oleh produsen semen tanah air. Selain itu, inflasi yang berdampak pada kenaikan biaya produksi dan operasional, dan diikuti potensi penurunan daya beli,” paparnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Sufri Yuliardi
        Editor: Sufri Yuliardi

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: