Hasto PDIP Bantah 'Burung Hantu' Jegal Koalisi NasDem, PKS, Demokrat, Bikin Netizen Ikut Heran: Burung Hantu Kau Jadikan Kambing Hitam
Ketua Bappilu Partai Demokrat Andi Arief menganalogikan hanya 'burung hantu' yang bisa memisahkan Koalisi Perubahan yang tengah dirintis partainya bersama Partai NasDem dan PKS. Hal ini pun ditanggapi oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDIP, Hasto Kristiyanto. Ia menegaskan, tidak ada burung hantu atau pihak yang ingin menggagalkan koalisi tersebut.
"Kalau kita lihat dari berbagai apa yang ditampilkan, enggak ada invisible power. Itu karena di antara tokoh-tokoh partai tersebut belum mengambil kesepakatan," kata Hasto di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, kemarin.
Baca Juga: Tafsir 'Burung Hantu' Ala Hasto PDIP dan Andi Arief Demokrat: Jangan-jangan Burung...
Hasto lebih jauh mengatakan, tudingan tersebut merupakan urusan di antara Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan PKS sendiri. "Loh yang koalisi kan mereka," imbuh Hasto.
Tidak hanya Hasto, Netizen pun heran dengan istilah 'burung hantu' yang dituding ingin membuyarkan Koalisi Perubahan. Terlebih, yang bikin rencana deklarasi mereka sendiri, dan yang membatalkan juga mereka sendiri.
Akun @Nurhadi_ja menjelaskan, istilah 'burung hantu' adalah oligarki dan elite partai di luar Partai NasDem, PKS dan Partai Demokrat yang ingin Anies tidak dicapreskan pada Pemilu 2024.
"Perilaku elite partai yang suka tuding sana tuding sini atas kegagalan partai menunjukkan sikap tidak dewasa dalam berpolitik," ujar @Bilson_Simamora.
Akun @Rio_febrianto menduga alotnya deklarasi Koalisi Perubahan karena partai pengusungnya masih meributkan posisi calon wakil presiden (cawapres). Sebab, kata dia, posisi cawapres penting untuk mengerek elektabilitas partai pengusungnya.
"Alotnya Koalisi Perubahan karena masalah dana. Siapa yang mau bayar ongkos kampanye Pilpres dari Sabang -Merauke," duga @Alieefputra.
Menurut @Bies_Sandy, tidak ada politisi dalam Koalisi Perubahan yang memenuhi kriteria cawapres yang dibutuhkan Anies Baswedan. Idealnya, kata dia, posisi cawapres diisi jenderal purnawirawan TNI yang mampu pasang badan dalam segala hal.
"Suhu politik sudah mulai menghangat menuju Pemilu 2024. Semoga saja tidak menimbulkan perpecahan di masyarakat," kata @Ah_Firdaus.
Akun @igedeanune meminta masyarakat menjadi pemilih yang cerdas dengan memilih pemimpin yang amanah. Bahkan, dia mengajak masyarakat untuk bersikap pada Pemilu 2024. "Kalau diam kita yang salah," kata dia.
Akun @Job_joban kesal dengan politisi Demokrat, Andi Arief. Kata dia, NasDem, Demokrat dan PKS tidak jadi deklarasi koalisi justru yang disalahkan malah pihak lain.
"Itu tanda tandanya orang sakit jiwa," katanya.
"Kalian tak bisa solid untuk koalisi, 'burung hantu' kau jadikan kambing hitam. Memalukan," kata @juju_uda.
Baca Juga: Geger! Andi Arief Sebut Ada 'Burung Hantu' yang Bisa Pisahkan Koalisi NasDem-PKS-Demokrat, Siapa?
Menurut @enny_endah, tidak ada pihak lain yang mau memisahkan Koalisi Perubahan. Dia bilang, mereka bikin rencana sendiri, dan batal sendiri. "Kok jadi ngomel sendiri," kritiknya.
Akun @Hanz_que menegaskan, tidak ada yang bisa memisahkan koalisi Partai NasDem, Demokrat dan PKS. Sebab, ini koalisi untuk perubahan total dan berpolitik secara jujur dan sehat.
"Jadi jangan takut kalah," tandasnya.
Sementara, @Rahmat_Rio mengaku heran dengan Hasto Kristianto yang suka ngurusin partai orang. Dia menyoal kelebihan Hasto Kristiyanto sebagai kader PDI Perjuangan.
"Woi, jangan sibuk dengan calon partai lain, uruslah calon partaimu sendiri," saran @Wolo_fit.
Baca Juga: Deklarasi Gagal, Andi Arief Sebut Hanya Sosok ‘Burung Hantu’ yang Bisa Pisahkan Koalisi Perubahan
Akun @Anak_Alay meminta mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak diam dengan kondisi perpolitikan sekarang ini. Dia meminta SBY tidak membiarkan permainan jegal-menjegal capres dan cawapres dengan cara tidak jujur.
"Presiden sudah mengingatkan agar politikus memberikan suasana sejuk dan tidak saling mencela dan menyudutkan orang atau partai lain," tandas @Pemerhati.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ayu Almas