Lihat Manuver Anies Baswedan Dekati Pemuka Agama Dinilai Cuma Kuda Troya, Elite NasDem Salahkan Ahok
Pengamat Politik, Boni Hargens buka-bukaan memberikan kecurigaannya terkait dengan manuver Anies Baswedan.
Dirinya menyoroti bagaimana mantan menteri pendidikan tersebut selalu terlihat mendekati tokoh agama dalam sejumlah kunjungannya.
Menurutnya, hal ini terlihat sebagai upaya dari Anies untuk memberikan citra bahwa dirinya untuk masyarakat Indonesia.
Boni juga menilai Anies yang juga calon presiden yang diusung Partai NasDem itu telah memahami keadaannya bahwa rakyat Indonesia tidak menerima pemimpin yang terlalu berbau Kearab-araban.
"Pak Anies Baswedan memahami keadaannya bahwa rakyat Indonesia tidak menerima pemimpin yang terlalu berbau ke-Arab-araban, bukan wajahnya, mental berpikirnya," bebernya di kanal Youtube Indonesia Lawyers Club yang dikutip FAJAR.CO.ID, Jumat (18/11/2022).
"Nah maka dia (Anies, red) mencoba mendekati biara-biara, gereja-gereja, pendeta-pendeta, memberi kesan bahwa ini Anies untuk Indonesia. Pertanyaannya, benarkah Anies untuk Indonesia atau ini hanya demokrasi mau dijadikan kuda troya? Dan itu pertanyaan terbesarnya," beber dia.
Boni Hargens menyinggung soal Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu. "Kalau kesadaran itu ada, kenapa 2017 kita nikmati betul itu menang pilkada dengan menjual agama?" beber dia.
Tak hanya itu, Boni Hargens menilai tidak ada penyesalan dan ucapan permintaan maaf kepada publik atas kemenangannya yang dinilai telah melukai peradaban dan sejarah demokrasi di Indonesia.
"Dan tidak ada penyesalan, tidak ada itu ucapan permintaan maaf secara terbuka kepada publik bahwa kemenangan ini telah melukai peradaban dan sejarah demokrasi Indonesia, maka atas nama kandidat yang terpilih saya mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya atau sehancurnya peradaban ini meskipun saya terima kemenangan ini sebagai kehormatan terhadap demokrasi," tegas Boni Hargens.
Ketua DPP Partai NasDem, Effendy Choirie, pun menanggapi pernyataan pedas yang dilontarkan Boni Hargens itu.
Dia menegaskan, adanya politik identitas saat Pilkada 2017 lalu itu bukan disebabkan oleh Anies Baswedan, melainkan karena dipicu oleh pernyataan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
"Lahirnya Pemilu Jakarta yang seperti itu sebetulnya faktor utamanya bukan Anies, tapi Ahok. Orang Kristen, Cina mengutip ayat Alquran. Berangkatnya dari situ yang menafsirkan ayat semaunya, di sini sebetulnya titik tolaknya," tegas Ketua DPP Partai NasDem.
Sehingga, beber Effendy Choirie, menimbulkan reaksi dari umat Islam yang merasa tersinggung atas ucapannya. Namun, lawan politik Anies menuding bahwa saat itu reaksi yang timbul dari pernyataan Ahok dianggap sebagai politik identitas yang dialamatkan pada Anies.
"Kemudian ada reaksi yang berbau agama itu kemudian dijadikan satu framing seolah ini politik identitas dan di alamatkan kepada Anies. Ini yang harus kita bantah, itu ahistoris. Itu tidak faktual, itu karangan, itu framing," urai Choirie.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar