Panjang Urusan! Sikap Jokowi Endorse Capres Disebut Terlalu Vulgar, Ray Rangkuti: Secara Etik Sudah Tidak Tepat Lagi
Analis Politik Ray Rangkuti mengomentari tindakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang belakangan aktif meng-endorse tokoh-tokoh calon presiden (capres). Terakhir, Jokowi mennjadi sorotan saat memberi kode pemimpin rambut putih ciri memikirkan rakyat.
Atas hal ini, Ray menilai langkah endorse Jokowi itu wajar-wajar saja. Pasalnya, presiden pun memiliki hak untuk melakukan kampanye. Meski begitu, ada tata cara tersendiri yang diatur oleh Undang-Undang dan secara etik.
Sehubungan dengan sikap endorse Jokowi tersebut, Ray Angkuti menilai bahwa Jokowi terlalu vulgar.
"Jadi kalau kita berbicara sekarang dengan seringnya pak Jokowi mengendorse nama-nama orang, saya pikir terlalu banyak dan terlalu vulgar," ungkap Ray Angkuti dikutip dari kanal YouTube tvOneNews, Senin (28/11/2022).
"Sebetulnya secara etik sudah tidak tepat lagi apa yang dilakukan oleh pak Jokowi itu," sambungnya.
Lantas, Ray Angkuti menjelaskan pandangannya mengapa Jokowi terus mengulang-ulang kode atau indikasi yang menyasar ke beberapa orang.
Menurutnya, Jokowi ingin segala hal yang telah dicapai olehnya selama dua periode itu tidak ingin hilang begitu saja pada Pilpres 2024 mendatang.
"Karena ada kandidat yang dipersepsikan akan mengkoreksi banyak sekali kebijakan-kebijakannya yang sudah dilakukan oleh pak Jokowi," jelas Ray Angkuti.
Salah satu kebijakan atau proyek Jokowi adalah mengenai IKN. Ray Angkuti lalu membahas tentang DPR yang akan melanjutkan pembahasan Undang-Undang hikayat pada tahun 2023.
Akan tetapi, tiga partai politik yang kebetulan dekat dengan Anies Baswedan menyatakan menolak untuk melanjutkannya.
"Jadi kan sudah jelas itu. Oleh karena itu, menurut saya itu hajat penting bagi pak Jokowi untuk memastikan apa yang sudah dicapai oleh beliau selama 10 tahun ini tidak akan terbalik nanti, setelah beliau tidak lagi menjadi presiden," ungkapnya.
Ray Angkuti menganggap bahwa Jokowi tengah menyiapkan sosok-sosok penggantinya, yang diduga Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Hal itu dikatakan akan berjalan sesuai dengan waktu.
Menelaah soal pemasangan Prabowo sebagai capres dan Ganjar sebagai cawapres, Ray Angkuti melihat mereka akan cukup terseok-seok melawan Anies Baswedan.
Ray menilai daya pikat Prabowo-Ganjar tidak terlalu menarik, karena publik disebut lebih melihat Ganjar sebagai calon presiden.
Ketidaktertarikan publik menganggap Ganjar tak cocok sebagai cawapres terlihat dari hasil survei, yang menunjukkan bahwa Ganjar menempati posisi 6 dari 10 besar dalam surveri cawapres.
Akan tetapi, apabila Ganjar menjadi capres dan Prabowo sebagai cawapres, target mereka bukan lagi menang, namun satu periode dan satu putaran.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: