Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tekan Impor LPG, Pertamina Hadirkan Inovasi di Kilang LNG Badak

        Tekan Impor LPG, Pertamina Hadirkan Inovasi di Kilang LNG Badak Kredit Foto: Pertamina
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        PT Pertamina (Persero) mengklaim berhasil meningkatkan produksi LPG dengan menghadirkan inovasi baru, yaitu LPG Booster System di Kilang LNG Badak di Bontang. 

        Kehadiran teknologi tersebut dapat meningkatkan produksi LPG untuk wilayah Bontang hingga 323 persen sebesar 603 M3 per hari.

        Direktur Utama PT Pertamina, Nicke Widyawati mengatakan LPG Booster System ini telah mulai beroperasi sejak Desember 2021, dan hingga Oktober 2022 telah melakukan tiga kali pengapalan.

        Baca Juga: Pertamina Kucurkan Rp5,6 Miliar untuk Bina 25 Desa Energi Berdikari

        Rencananya dalam Desember ini akan dua kali pengapalan, dan diproyeksi terdapat penambahan produksi LPG sebesar 1,56 juta M3 atau 780.000 Metrik Ton selama periode 2022-2027.

        “Dengan penemuan teknologi ini, inovasi ini memberikan harapan bahwa Indonesia bisa menghasilkan tambahan produksi LPG nasional, yang secara otomatis dapat mengurangi impor LPG. Yang ini akan memperkuat ketahanan energi nasional,” ujar Nicke dalam keterangan tertulis yang diterima, Rabu (7/12/2022). 

        Nicke meyakini bahwa Pertamina memiliki potensi yang bisa dikembangkan, inilah yang dilanjutkan PT Badak ke depan.

        "Kita yakini bahwa gas menjadi energi transisi dan Pertamina telah anggarkan 60 persen investasi untuk di hulu," ujarnya. 

        Lanjutnya, Nicke menilai bahwa saat ini  dunia tengah menghadapi ancaman perubahan iklim yang membahayakan generasi mendatang karena penggunaan energi berkontribusi hingga 55,5 persen terhadap gas rumah kaca. Di tengah terjadinya perubahan iklim global, gas merupakan sebagai energi transisi penting bagi masa depan. 

        Menurutnya, sebagian besar negara masih menggunakan energi fosil, termasuk Indonesia. Menyadari hal tersebut, semua negara bersepakat melakukan perubahan, dari penggunaan energi fosil ke EBT. Tapi hal itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena konsumsi energi terus meningkatnya tajam.

        “Efisiensi atau mengurangi penggunaan energi secara cermat dan hemat ini bisa memberikan kontribusi pada penurunan karbon emisi,” ungkapnya. 

        Sementara itu, Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Wiko Migantoro menyebut bahwa PHE memiliki sumber gas yang diperkirakan pada 2028 menjadi minyak. 

        Bahkan beberapa potensi masih akan dilakukan monetize,mengingat di Kalimantan Tengah terdapat banyak Kanai dan IDD. Di Wilayah Kerja Mahakam, juga telah ada blok eksplorasi yang diharapkan pada 2031 sudah menghasilkan produksi. 

        Wiko menambahkan, PT Badak NGL memiliki competitive advantage dengan memulai bisnis downstream yang bekerja sama dengan Subholding Gas menjadi pelopor Small Scale Energy. Di dunia, Indonesia termasuk negara besar untuk suplai small scale energy di kepulauan. PT Badak telah mengirimkan banyak energi dalam bentuk isotank ke Sulawesi, Sumbawa, Maluku, Jawa Timur dan wilayah lainnya.

        “Khusus untuk LPG booster system ini, menunjukkan bahwa teman-teman di Badak tidak bekerja biasa-biasa saja,” ujar Wiko.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Djati Waluyo
        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: