Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Arab Saudi dan Israel Diramalkan Rujuk, Kalimat Orang Ini Patut Dipercaya?

        Arab Saudi dan Israel Diramalkan Rujuk, Kalimat Orang Ini Patut Dipercaya? Kredit Foto: Reuters/Mohamed Azakir
        Warta Ekonomi, Yerusalem -

        Arab Saudi kemungkinan akan bergabung dengan Abraham Accords atau perjanjian Abraham tahun depan, klaim Mantan duta besar (dubes) Israel untuk PBB Danny Danon. Hal ini berarti Arab Saudi akan menormalkan hubungan dengan Israel.

        "Saya berharap kita akan melihat kesepakatan antara Israel dan Arab Saudi tahun ini (depan)," kata Danny Danon dilansir Middle East Monitor, Senin (12/12/2022).

        Baca Juga: Pengawas HAM: Israel Tangkap 490 Warga Palestina, Termasuk 76 Anak dalam Sebulan

        "Kami telah berhubungan dengan Saudi selama bertahun-tahun. Saya bekerja secara pribadi dengan mereka di PBB dalam masalah stabilitas dan keamanan regional," tambahnya.

        Menurut Times of Israel, puluhan diplomat, pemimpin bisnis, dan akademisi berkumpul di Abraham Accords Global Leadership Summit untuk membahas cara memperluas perjanjian. KTT diadakan di Roma dengan perwakilan dari tiga puluh negara yang ambil bagian.

        "Hanya masalah waktu sebelum pemimpin yang berani keluar dari bayang-bayang dan perdamaian penuh tercapai di antara semua anak Abraham," kata Danon.

        "Kami berdoa agar benih yang kami tanam di sini hari ini akan tumbuh menjadi perdamaian global dan koeksistensi yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk generasi yang akan datang," tambahnya.

        Pada tahun 2020, Israel menandatangani kesepakatan normalisasi dengan Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan. Kesepakatan itu mendapat kecaman luas dari warga Palestina yang mengatakan bahwa apa yang disebut Abraham Accords mengabaikan hak-hak mereka dan tidak melayani kepentingan Palestina.

        Hubungan antara Arab Saudi dan Israel telah mencair dalam beberapa tahun terakhir. Riyadh menganggap negara pendudukan sebagai sekutu potensial melawan Iran daripada musuh yang menduduki tanah Arab dan Muslim.

        Selain itu, kerajaan telah memberlakukan pembatasan ketat pada warga Palestina yang tinggal di sana dan telah memenjarakan banyak dari mereka yang terkait dengan kelompok perlawanan yang sah.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: