Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Didesak Stafsus Menkeu Minta Maaf Atas Ucapan 'Iblis dan Setan', Bupati Meranti Cuek: Kenapa Perlu Saya Minta Maaf?

        Didesak Stafsus Menkeu Minta Maaf Atas Ucapan 'Iblis dan Setan', Bupati Meranti Cuek: Kenapa Perlu Saya Minta Maaf? Kredit Foto: Instagram/Muhammad Adil
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Bupati Meranti Muhammad Adil sempat membuat heboh usai video berisi luapan kemarahannya di depan anggota Kementerian Keuangan (Kemenkeu) viral. Dalam video itu, M. Adil sempat menyebut Kemenkeu dihuni "iblis dan setan".

        Atas hal itu, Adil didesak untuk minta maaf, salah satunya oleh Stafsus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo. Meski demikian, ia mengaku tak akan melakukan hal tersebut.

        Baca Juga: Ruhut Kritik Pedas Bupati Meranti Soal Setan dan Iblis: Jangan Sok, Mentang-Mentang Dipilih Rakyat!

        "Enggak perlulah minta maaf. Itu kan pertanyaan saya kenapa perlu saya minta maaf. Itukan pertanyaan bukan pernyataan," kata Adil saat dikonfirmasi Selasa (13/12/2022).

        Adil mengaku tidak ada menyebut orang Kemenkeu isinya iblis atau setan. Menurutnya, itu adalah pertanyaan dia apakah Kemenkeu itu isinya iblis atau setan?

        "Enggak ada saya nyebut-nyebutkan itu. Pertanyaan saya itu kan apakah Kemenkeu itu isinya iblis atas setan," tutup Adil.

        Sebelumnya, pernyataan Adil yang kontroversial itu diutarakannya di depan Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kemenkeu Lucky Alfirman pada Rakornas yang ditayangkan channel Diskominfotik Provinsi Riau akhir pekan lalu.

        Baca Juga: Perkara Bupati Meranti Sebut Kemenkeu Diisi Setan & Iblis Bikin Geger, Demokrat: Menterinya Aja Bilang Ada Setan & Tuyul

        Satu hal yang menjadi pemicu kemarahan Adil ialah pembagian dana bagi hasil (DBH) migas di daerahnya. Dia mengatakan sejak 1973, di Meranti ada 222 sumur minyak yang dibor. Tahun ini, jumlah itu bertambah 13 dan tahun depan tambah lagi jadi 19 sumur. Dari hasil sumur tersebut, produksi minyak di daerahnya berhasil tembus 9.000 barel per hari.

        Dia menambahkan hasil produksi minyak yang melimpah tersebut toh tak banyak membantu daerahnya. Hal itu paling tidak bisa diketahui dari jumlah dana bagi hasil yang diberikan pemerintah pusat ke daerahnya. Tahun ini saja, dana bagi hasil yang didapat daerahnya hanya Rp114 miliar.

        Tidak adanya manfaat itu, kata dia, juga terlihat dari jumlah angka kemiskinan. Dia mengatakan di Riau, tingkat kemiskinan tembus 25,68 persen.

        Di tengah dana bagi hasil yang sedikit itu, Adil mengatakan pemerintahannya malah diberi beban membayar gaji pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang harusnya jadi kewajiban pemerintah pusat.

        Baca Juga: Mencak-Mencak hingga Ancam Lakukan Serangan Senjata, Kesalnya Bupati Meranti Sudah Sampai Ubun-Ubun!

        Dia mengatakan sudah berupaya mempertanyakan besaran dana bagi hasil yang digelontorkan pemerintah pusat ke Meranti ke Kementerian Keuangan, bahkan sudah melayangkan tiga surat permohonan audiensi ke Menteri Keuangan Sri Mulyani.

        Namun, upayanya itu gagal. Dia mengatakan tetap berupaya minta klarifikasi ke Kementerian Keuangan atas masalah itu.

        "Sampai ke Bandung saya kejar orang Kemenkeu juga, tetapi acaranya tidak dihadiri yang kompeten, yang hadir waktu itu staf, tidak tahulah. Sampai waktu itu saya ngomong ini orang (Kementerian) Keuangan isinya setan atau iblis," ucap Adil kepada Lucky Alfirman dalam sebuah video.

        Adil, bahkan mengucapkan ancaman untuk angkat senjata dan pindah ke negeri sebelah (Malaysia).

        "Kalau bapak tidak mau mengurus kami, pusat tidak mau urus Meranti kasihkan ke negeri sebelah. Apa perlu Meranti angkat senjata?" tegas Adil.

        Baca Juga: Wajarkan Bupati Meranti, Rocky Gerung Bongkar Fakta Miris di Tanah Riau: Kemiskinan Merajalela saat Ada Banyak Sumber Uang di Atas.....

        Adil membeberkan bahwa Meranti itu daerah penghasil minyak termiskin se-Indonesia.

        "Paling miskin. Sudah itu ekstream lagi. Bagaimana kami tidak miskin uang kami tidak dibagikan dengan rata," tandasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ayu Almas

        Bagikan Artikel: