Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bobotoh Persib Bandung Ajak Suporter Revolusi PSSI Demi Kemajuan Sepak Bola Indonesia

        Bobotoh Persib Bandung Ajak Suporter Revolusi PSSI Demi Kemajuan Sepak Bola Indonesia Kredit Foto: Antara/ANTARA FOTO/Didik Suhartono/hp.
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Suporter Persib Bandung atau biasa disebut Bobotoh, Hagi Rizky Mijatovic memberikan kritik keras kepada Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan yang memaksakan penyelenggaraan Liga 1 di tengah sejumlah persoalan yang belum tuntas, seperti pengusutan tragedi Kanjuruhan.

        Hagi kecewa lantaran liga 1 yang dipaksakan tetap berjalan itu berimplikasi terhadap rendahnya kualitas pertandingan akibat tidak cermatnya PSSI dalam melihat persoalan.

        Oleh karenanya, Hagi mengajak suporter di seluruh tanah air untuk memboikot Liga 1 dan berjuang bersama melakukan revolusi terhadap PSSI.

        Hal itu, kata Hagi, bukan berangkat dari kebencian kepada PSSI, tetapi bagian dari perjuangan suporter yang selama ini aspirasinya tidak dihiraukan.

        “Saya tegaskan di sini bahwa ajakan memboikot liga, kritik, dan berjuang melawan untuk serukan revolusi PSSI, itu semua karena saya ingin kita aman serta nyaman pada saat nanti kita kembali lagi ke tribun,” ujar Hagi, Jumat (23/12/2022).

        “Saya juga ingin memperjuangkan keadilan serta kemanusiaan demi saudara-saudara kita yang menjadi korban dalam tragedi Kanjuruhan,” imbuhnya.

        Menurutnya, alasan kenapa liga 1 harus dihentikan terlebih dahulu demi kemanusiaan serta perbaikan sepak bola nasional ke depan.

        Kejadian meninggalnya dua suporter Persib pada pertengahan Juli 2022 lalu, lalu ratusan nyawa melayang pada di Stadion Kanjuruhan menjadi momentum perbaikan di tubuh PSSI.

        “Nah momentum kejadian di waktu yang di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) dan Kanjuruhan itu momentum untuk sama-sama berjuang untuk memperbaiki sepak bola kita,” ucapnya.

        Hagi mengatakan sepakbola adalah hiburan rakyat, namun saat ini dinilai menjadi hal yang cukup mengkhawatirkan ketika datang menonton ke stadion.

        Saat menonton melalaui siaran tv atau pun cuplikan-cuplikan video dari unggahan media sosial, Hagi mengatakan berjalannya pertandingan terlihat tidak memiliki kualitas dan tidak menarik untuk ditonton, seperti dibumbui berbagai kontroversi, seperti kepemimpinan wasit yang tidak profesional.

        “Saya komitmen untuk tidak menonton Liga 1, tapi saya melihat berita dan cuplikan di media sosial bisa lihat kualitas Liga hingga saat ini. Saya melihat ternyata masih banyak kontroversi dan persoalannya. Seperti kasus wasit itu contohnya,” papar Hagi.

        Hagi yang juga Ketua Harian Viking Kampus Persib Club itu menilai, terdapat dua faktor yang menyebabkan tidak berkualitasnya pertandingan. Pertama, agenda FIFA seperti Piala AFF bentrok dengan bergulirnya Liga 1 di mana para pemain Timnas Indonesia juga bermain di liga domestik.

        “Masalah jadwal yang terkesan dipaksakan kita balik lagi yang dulu-dulu bahwa agenda FIFA bentrok dengan agenda Liga 1, jadi banyak pemain-pemain di klub-klub yang main di Timnas gitu kan,” paparnya.

        Sehingga, kata Hagi, jadwal yang bentrok dan dipaksakan tersebut membuat para pemain kelelahan dalam menjalani setiap pertandingan.

        “Kedua, adanya jadwal yang terkesan dipaksakan mengakibatkan para pemain kelelahan. Contoh yang saya lihat dari cuplikan sedikit tentang kejadian Nando pas cedera itu bukan karena beradu, tetapi faktor kelelahan ini dampak dari kualitas liga kita,” ungkapnya.

        Dengan beberapa alasan tersebut, Hagi menegaskan Revolusi PSSI adalah sebuah keniscayaan yang mutlak dan harga mati.

        “Revolusi PSSI harga mati, yang perlu saya tegaskan bahwasanya ke mana dulu yang mengkampanyekan tidak ada kemenangan atau pertandingan sepak bola yang seharga dengan nyawa ke mana orang yang mengkampannyekkan itu,” geramnya.

        Hagi juga mengungkapkan kekecewaannya atas bebasnya mantan Dirut PT Liga Indonesia Baru (LIB) Akhmad Hadian Lukita dari tahanan terkait tragedi Kanjuruhan dan tidak lagi menyandang sebagai tersangka.

        “Eks Dirut PT.LIB yang ditetapkan sebagai tersangka kasus Kanjuruhan kemarin dilepaskan. Jadi, mau sampai kapan keadilan atas nama kemanusiaan dibiarkan, keamanan serta kenyamanan kita nanti tidak dijamin saat nyetadion, dan mau sampai kapan kita biarkan sepakbola kita seperti ini?,” tukas Hagi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Bagikan Artikel: