Komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI Puadi mengatakan jelang Pemilu 2024, setidaknya ada empat tantangan penting yang saat ini menjadi fokus perhatian Bawaslu.
"Ada beberapa hal yang menjadi satu tantangan. Berbagai persoalan yang kita hadapi bersama potensi-potensi yang harus dihadapi bersama, Bawaslu terutama kaitannya dengan fenomena black campaign, kemudian hoaks, hate speech, rumor kemudian ada kaitannya dengan isu SARA yang sedang menjadi sisi gelap dari kehadiran media sosial dalam penyelenggaraan pemilu, itu yang pertama," jelasnya saat menjadi pemateri Outlock Indonesia 2023 di Jakarta, Senin (26/12/2022).
Kedua, maraknya praktik money politic dengan pola yang semakin variatif dengan tujuan mengelabui pengawasan, sehingga praktik ilegal dalam politik itu bisa terjadi.
"Maraknya fenomena politik uang dan mahar dalam setiap kontestasi politik dengan modus atau pola yang semakin canggih," ungkap Puadi.
Selain itu, soal netralitas birokrasi pemerintah juga bakal menjadi tantangan dalam upaya mewujudkan pemilu yang berintegritas. Menurut dia, ASN kerap terseret dalam blok politik tertentu.
"Ketiga, kaitannya dengan netralitas ASN yang kerap terjadi dalam kontestasi politik kemudian ketidakjelasan status honorer yang kemudian menjadi catatan kita, tantangan ke depan," ujarnya.
Selain itu, gejala politisasi suku, agama, ras, antargolongan (SARA) yang menguat juga menjadi ranjau politik yang bisa mencederai proses politik dan upaya membangun demokrasi sehat di Indonesia.
"Keempat, kaitannya dengan politik identitas dengan populasi agama yang berujung pada tindakan intoleransi. Keempat permasalahan ini akan jadi ranjau politik yang dapat merusak makna pemilu berintegritas dan mencederai demokrasi," jelas Puadi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty