Kedatangan PT Lavender Bina Cendikia Tbk di pasar modal Indonesia patut diperhitungkan. Selain karena jenis usaha yang belum ada di papan perdagangan, emiten berkode BMBL ini memiliki potensi yang cukup menarik.
Lavender Bina Cendikia sendiri merupakan perusahan bergerak dalam bidang pendidikan, khususnya bimbingan belajar (bimbel). Belum ada sektor pendidikan dalam daftar papan perdagangan saham di BEI, bahkan subsektor sekalipun.
Baca Juga: Tutup Tahun 2022, Emiten 'Merah' Cenderung Lebih Unggul
Hal menarik lainnya adalah saham BMBL yang ditawarkan pada kisaran Rp187-196 per lembar saham ini dianggap murah atau under value.
Menurut hasil riset KGI Sekuritas Indonesia ada 4 hal yang patut diperhitungkan di saham Lavender ini. Pertama kapitalisasi pasar yang kecil, kedua potensi likuiditas yang berkurang terkait poin satu, ketiga belum adanya ekspansi membuat cabang, keempat perlambatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Baca Juga: Industri Pendidikan Tahan Krisis, BMBL Semakin Mantap Untuk Segera Melantai di Bursa
KGI Sekuritas juga memproyeksikan pertumbuhan untuk Lavender berdasarkan dengan valuasi DCF yaitu Rp200 per saham dengan WACC:15,7%. Hal itu mengindikasikan pertumbuhan P/E di 51,0x. Angka itu di bawah rata-rata papan akselerasi tempat Lavender berada dengan P/E di kisaran 66,8x. Juga P/BV sebesar 2,55x lebih kecil dari papan akselerasi 2,82x.
Lavender disebut-sebut juga termasuk perusahaan yang sehat dengan melihat rasio leverage yang sangat kecil. Memang jika dilihat 2 tahun terakhir perusahaan memiliki DER yang tinggi 180% (2020) dan 116% (2021), namun setelah IPO di tahun 2022 DER turun mencapai 3% di tahun 2023 diperkirakan tidak banyak berubah dikisaran 6%.
Rasio hutang yang sehat ini dikarenakan Lavender tidak mengandalkan utang jangka Panjang dalam menggerakkan perusahaannya. Bahkan Lavender tidak ada utang jangka panjang dan tidak berencana untuk melakukan itu, tidak dalam waktu dekat ini.
Tidak mudah untuk membandingkan valuasi perusahaan Lavender dengan perusahaan lain dikarenakan Lavender merupakan perusahaan pertama yang listing di Bursa Efek Indonesia dari sektor Pendidikan. Oleh karena itu KGI Sekuritas Indonesia memilih untuk membandingkan Lavender dengan perusahaan yang sama-sama listing di BEI dengan papan akselerasi yang sama.
Baca Juga: Bos Bank Mandiri Rogoh Kocek Dalam Buat Tambah Kepemilikan, Saham BMRI Langsung Ngacir
Dari 3 perusahaan yang bervaluasi P/E tertinggi yakni saham OLIV, IBOS, dan AMMS dengan P/E 270x, 138x dan 97x. Sedangkan 3 terendah Lavender mendapatkan PPGL, MGLV, dan WGSH dengan P/E 4,5x, 13,9x dan 23,7x. Sehingga didapatkan rata-rata sektor papan akselerasi berada di 66,8x dengan P/BV di 2,82x. Untuk Perusahaan Lavender didapatkan P/E di level 51,0x dengan P/BV 2,55x jauh berada di bawah rata-rata nilai papan akselerasi.
Secara kinerja keuangan pada 2022 ini diproyeksikan Lavender mengantongi laba bersih sebesar Rp4 miliar. Angka itu naik hampir 2 kali lipat dari perolehan laba bersih di 2021 sebesar Rp2,13 miliar.
Baca Juga: Komisaris Kalbe Farma Untung Rp9,34 Miliar Setelah Jual Saham 5,05 Juta Lembar
Dalam proyeksi perusahaan, laba bersih di 2023 bisa mencapai Rp6 miliar dan 2024 mencapai Rp16,5 miliar.
Sementara pendapatan tahun ini diperkirakan mencapai Rp15,3 miliar. Angka proyeksi itu juga naik lebih dari 2 kali lipat dari perolehan di 2021 sebesar Rp7,8 miliar. Sementara proyeksi di 2023 sebesar Rp28,8 miliar dan 2024 Rp 46,19 miliar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ayu Almas
Tag Terkait: