SMRC Sebut Elektabilitas Jokowi Rendah Kalau Nyapres Lagi, Rocky Gerung Ungkit Janji Kampanye: Cuma Soal Uang dan Uang
Pengamat politik Rocky Gerung menyoroti hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang menganalisis tingkat keterpilihan Presiden Joko Widodo (Jokowi) jika kembali maju menjadi calon presiden (capres) pada Pemilu 2024. Hasilnya, sang Eks Wali Kota Solo cuma dapat elektabilitas 15,5 persen.
Menanggapi hal ini, Rocky menyebut, untuk pertama kalinya survei SMRC membuat dilema. Ia pun mengaitkannya dengan janji kampanye Jokowi yang belum terlaksana.
Rocky mengatakan pihak yang memang menginginkan Jokowi kembali menjabat, pasti akan mencari fakta-fakta yang menunjukkan kinerja baik Jokowi.
Dia mencontohkan, ketika Jokowi mencoba LRT (Lintas Rel Terpadu). Ada pihak-pihak yang mencoba menggiring opini publik bahwa itu salah satu kehebatan Jokowi.
Menurutnya, membuat LRT atau kereta cepat itu cuman soal uang karena sudah ada Jepang dan Cina yang siap membantu. Sayangnya uang itu adalah hasil utang.
"Iya memang kalau cuman bikin LRT kereta cepat itu cuma soal uang karena teknologinya udah standar aja, mau pakai Jepang mau pakai Cina, tetapi cuma soal uang dan uang itu, uang yang kita pinjam," ucap Rocky dalam kanal YouTube-nya, Jumat malam, (6/1/20223).
Masalahnya kata ahli filsafat ini, Jokowi selama ini berjanji untuk membangun tanpa utang namun yang dilaksanakan berbeda.
Dia mencontohkan lagi angka ekspor yang naik untuk 23 komoditas misalnya. Hal ini kata Rocky hanya dikuasai oleh beberapa orang, tidak sampai dinikmati rakyat.
"Itu yang menyebabkan kita nggak mungkin pakai data-data SMRC karena publik nggak diberi flip down, kasih tahu lebih dahulu kan, 'begini ya publik ya, Pak Jokowi bilang buat dia akan membangun tanpa utang sekarang Dia membangun sepenuhnya dengan utang'," tandas Dosen Universitas Sam Ratulangi ini.
Sebelumnya, pendiri SMRC, Prof. Saiful Mujani, menyatakan bahwa orang yang punya pikiran agar Jokowi kembali maju dalam pemilihan presiden di 2024 setelah dua kali jadi presiden, di benaknya ada keyakinan bahwa dia akan terpilih kembali karena tingkat kepuasan pada Jokowi cukup tinggi, sekitar 74,2 persen pada survei Desember 2022.
Baca Juga: Tak Bersuara Banyak Soal Perppu Cipta Kerja, Rocky Gerung Sebut Mahfud MD Hati Nuraninya Terganggu
SMRC memiliki serangkaian survei tentang preferensi publik mengenai calon-calon presiden. Dalam pertanyaan top of mind atau jawaban terbuka dan spontan, pada Mei 2021, ada 27,6 persen publik yang menyebutkan nama Joko Widodo.
Saiful melihat angka 27,6 persen tersebut terlalu rendah untuk seorang petahana yang sudah dua kali menjabat. Pada survei-survei berikutnya dukungan publik pada Jokowi secara konsisten mengalami penurunan.
Pada survei Desember 2022, hanya 15,5 persen yang menyebut nama Jokowi dalam pertanyaan top of mind mengenai calon presiden.
Saiful melihat, dari data mengenai pilihan presiden top of mind, suara Jokowi tidak meyakinkan. Jokowi, kata dia, seharusnya unggul mendekati 50 persen sebagai orang yang sudah dua kali menjadi presiden dan memiliki tingkat kepuasan publik di atas 70 persen.
"Terlalu jauh gap antara sekitar 74,2 persen yang puas (dengan kinerja Jokowi) dengan yang memilih hanya sekitar 15,5 persen," kata Saiful.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ayu Almas