Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kisah Orang Terkaya: Ronald Wanek, Waktu Kecil Hidup Miskin di Peternakan Sapi, Hari Ini Jadi Miliarder Berharta Rp78 Triliun!

        Kisah Orang Terkaya: Ronald Wanek, Waktu Kecil Hidup Miskin di Peternakan Sapi, Hari Ini Jadi Miliarder Berharta Rp78 Triliun! Kredit Foto: Twitter/Ashley Furniture
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Salah satu orang terkaya dunia, Ronald Wanek adalah seorang pengusaha miliarder Amerika, dan pendiri serta ketua Ashley Furniture Industries.

        Wanek dibesarkan di peternakan sapi perah di Minnesota, tempat kakek dan paman buyutnya membangun furnitur sebagai hobi. Ia hidup dalam keterbatasan. Wanek dan ketiga saudara perempuannya dibesarkan di sebuah rumah yang tidak memiliki saluran air atau listrik dalam ruangan. 

        Sejak kecil, mereka membantu banyak pekerjaan di peternakan. Ia bahkan menyebutnya sebagai kehidupan yang sulit. Wanek pernah bercerita bahwa hidup begitu keras padanya, mereka pun sampai sulit mencari nafkah.

        Baca Juga: Orang Terkaya Dunia Tunjuk Putri Semata Wayang Jadi Pemimpin Baru Christian Dior

        Untuk menambah penghasilannya dari pertanian, ayahnya sampai melakukan pekerjaan sampingan di kota. Akhirnya, ketika Wanek berumur sepuluh tahun, orang tuanya menabung cukup uang untuk membeli tanah pertanian mereka sendiri. Dan kehidupannya mulai lebih baik setelah itu karena akhirnya memiliki listrik dan air.

        "Kami senang memiliki kenyamanan listrik dan pipa ledeng yang modern, tetapi masih ada banyak tenaga kerja. Saya biasa menghabiskan sepanjang hari bekerja bersama ayah saya. Saya punya banyak pertanyaan untuknya saat kami bekerja, dan dia punya banyak nasihat. Saya merasa sangat beruntung bisa menghabiskan begitu banyak waktu bersamanya," tuturnya kepada Horatio Alger Association yang dikutip di Jakarta, Jumat (13/1/23).

        Selain itu, ia juga dipengaruhi oleh kakek dan paman buyutnya yang semuanya terampil membuat furnitur. Melihat mereka merancang dan membuat kursi atau lemari membuatnya terkesan dan dia bermimpi untuk memiliki perusahaannya sendiri suatu hari nanti, mungkin perusahaan yang memproduksi furnitur.

        Karena Wanek adalah satu-satunya anak laki-laki di keluarganya, ayahnya berharap dia akan mengambil alih pertanian ketika dia besar nanti. Namun, istri Wanek, Joyce, yang dinikahinya ketika dia berusia 20 tahun, tidak menginginkan bagian dari pertanian. 

        Wanek akhirnya bekerja untuk Winona Industries yang membuat lemari untuk televisi dan stereo. Dari situlah keinginannya dalam berbisnis dimulai. Di sana, Wanek bertemu dengan tiga mentor yang ia sebut sangat hebat.

        "Satu adalah seorang insinyur, satu adalah inovator yang hebat, dan satu lagi adalah seorang administrator. Itu adalah perusahaan baru, dan saya belajar banyak tentang menjalankan bisnis dari mereka masing-masing," ujarnya lagi.

        Sejak awal pekerjaannya, Wanek memberi tahu mentornya bahwa dia ingin memiliki bisnis, tetapi bukan bisnis yang siklusnya seperti bisnis kabinet. Sembilan tahun setelah dia memulai dengan pembuat kabinet, muncul peluang untuk berinvestasi di perusahaan baru bernama Arcadia Furniture.

        Wanek dan ketiga mentornya semuanya berinvestasi, tetapi untuk bergabung dalam usaha tersebut, Wanek dan istrinya harus menjual rumah mereka.

        Pada akhir tahun pertama perusahaan, Wanek, yang menjabat sebagai manajer umum, mengalami impas pabrik, termasuk pelunasan semua biaya awal. Lima tahun kemudian, pada tahun 1976, mitranya sudah siap untuk pensiun, dan mereka menjual minat mereka kepada Wanek.

        Salah satu investornya adalah pemilik dan pendiri Ashley Furniture Corporation, Carlyle Weinberger, yang tak hanya sebagai investor, tetapi juga mitra dan mentor yang mengajari Wanek manufaktur, administrasi, desain, penjualan, hingga ritel.

        Saat ini Ashley Furniture adalah perusahaan manufaktur furnitur terbesar di dunia dengan penjualan USD6 miliar (Rp91 triliun) memiliki 31.000 karyawan dan 1.000 toko di 36 negara. Forbes memprediksi kekayaannya mencapai USD5,2 miliar (Rp78,8 triliun).

        Salah satu pelajaran awal Wanek dari ayahnya adalah pentingnya memanfaatkan kesempatan yang muncul dengan sendirinya. Hari ini, ia membangun kemampuan manufaktur dan distribusi di luar negeri untuk membuat bisnis lebih kompetitif. Putranya Todd yang juga seorang miliarder, telah menjadi CEO sejak tahun 2002.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: