Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Usung Ganjar-Airlangga, Kemungkinan Bersatunya PDIP dan KIB

        Usung Ganjar-Airlangga, Kemungkinan Bersatunya PDIP dan KIB Kredit Foto: Ist
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Belum deklarasikan calon presiden (capres), ada kemungkinan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang beranggotakan Partai Golkar, PPP, dan juga PAN bakal berkoalisi denga PDI Perjuangan.

        Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin, koalisi keduanya mungkin saja terjadi jika mereka mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres. Dengan begitu, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto bisa menjadi calon wakil presiden.

        Baca Juga: Tegaskan Hubungannya dengan Ganjar Sama-sama Kader PDIP, Puan Maharani: Saya Ketua Tim Pemenangan Ganjar di Pilgub Jateng

        "Kalau yang dicapreskan Ganjar, itu bisa ketemu. KIB itu bisa bertemu dengan PDIP karena kita tahu bahwa KIB pemiliknya Pak Jokowi dan bagaimanapun PDIP menunggu arahan Pak Jokowi untuk capres," tegas Ujang, beberapa hari yang lalu.

        Berbeda ceritanya jika PDIP memilih Puan Maharani sebagai capres. Jika begitu, koalisi tidak akan terbentuk, KIB malah bisa jadi mengusung Ganjar sebagai capres. Dengan sikap tersebut, ada perbedaan antara PDIP dan Golkar sebagai inisiator parpol yang menolak sistem pemilu proporsional tertutup, dan, itu kata Ujang, sebagai hal yang wajar.

        Namun, selalu ada kesempatan berkoalisi jika hendak mengusung capres yang sama dan juga jelas deal politiknya. Menurutnya, selain itu, saat ini ada nama yang muncul, yaitu Erick Thohir. "Memang jika dari internal KIB ada Airlangga," tegas Ujang.

        Sementara, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan, ada dua faktor yang mungkin membuat koalisi tersebut bisa terwujud. "Pertama, Golkar tidak memiliki tokoh potensial yang bisa diusung sebagai calon presiden," ujar Dedi.

        Menurut Dedi, nama Airlangga Hartarto yang menjadi calon presiden (capres) dari Golkar ternyata lebih berpeluang mengisi peluang cawapres. Dengan begitu, Golkar patut mencari sosok lain dari eksternal. Dedi menilai, partai anggota Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang lain, yakni PPP dan PAN juga tidak mempunyai sosok yang kuat sebagai capres.

        "Airlangga Hartarto dalam beberapa survei, termasuk juga kepopulerannya di masyarakat hanya punya potensi maksimal di cawapres. Artinya, potensi Golkar untuk mencari kandidat presiden itu tentu dari partai yang lain. Tidak mungkin juga disuplai oleh PAN atau bahkan PPP," ungkapnya.

        Kesamaan Visi

        Faktor kedua, lanjut Dedi, adalah kesamaan visi-misi politik antara PDIP dan Golkar, meskipun dalam beberapa hal berbeda. Kedua partai itu cukup lama berada dalam satu gerbong koalisi sekaligus keduanya juga tidak mempunyai rekam konflik.

        "Maka kemudian menjadi mungkin PDIP untuk berkoalisi dengan Golkar, dengan asumsi bahwa PDIP tetap memimpin koalisi," tambahnya.

        Baca Juga: PDIP Punya Kartu Penting, Megawati Sengaja Buat Parpol Lain Bingung dengan Rahasiakan Nama Capres

        Terkait dengan kandidasi, Dedi menilai bisa saja kedua partai itu akan memasangkan capres dari PDIP dan cawapres dari Golkar. "Jika koalisi PDIP Golkar terjadi saya kira tokoh-tokoh yang mungkin muncul adalah Ganjar Pranowo-Airlangga Hartarto atau Puan Maharani-Airlangga Hartarto," ujarnya.

        Meski demikian, ada pula potensi koalisi lain ketika mencermati posisi anggota KIB. PPP dinilai juga mempunyai peluang untuk menjalin koalisi dengan partai berlambang banteng itu.

        "Anggota KIB yang punya potensi bergabung dengan PDIP bisa saja adalah PPP. Kenapa? Karena PPP dalam sejarahnya banyak dibantu atau mungkin hubungan PPP dengan PDIP sejauh ini selalu dekat. Artinya bukan tidak mungkin pada 2024 nanti PDIP dengan PPP juga akan bersatu," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: