Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Wamenag Zainut Turut Kritik Cak Nun: Jangan Serang Kehormatan Presiden di Depan Umum!

        Wamenag Zainut Turut Kritik Cak Nun: Jangan Serang Kehormatan Presiden di Depan Umum! Kredit Foto: Instagram/Zainut Tauhid
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Isi ceramah Emha Ainun Najib alias Cak Nun menyebut Presiden Jokowi adalah Firaun, sedangkan Luhut Binsar Panjaitan disebut mirip Haman dikritik sejumlah pihak. Diketahui, Haman adalah menteri kepercayaan Firaun yang diangkat sebagai menteri segala urusan yang serba bisa.

        Pernyataan Cak Nun tersebut juga disesalkan oleh Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa'adi.

        Baca Juga: Ogah Sebut Nama Jokowi saat Minta Maaf, Warganet Masih Geram dengan Cak Nun: Tetap Egois dan Arogan!

        "Saya mengimbau kepada siapa pun khususnya penceramah agama untuk tidak menyerang kehormatan atau harkat dan martabat diri presiden dan/atau wakil presiden di depan umum," tegas Wamenag Zainut dalam pesan elektroniknya, Kamis (19/1).

        Dia menegaskan apa pun alasannya, tindakan tersebut tidak dibenarkan menurut ajaran agama dan ketentuan hukum. Kebebasan menyampaikan pendapat apakah itu bentuknya kritik maupun saran hendaknya dilakukan dengan cara santun, bijak, dan menghormati etika, bukan dengan cara yang sarkastik dan melanggar norma susila, hukum, dan agama.

        "Saya mengimbau kepada para penceramah agama/pendakwah dan tokoh agama hendaknya menjadikan mimbar ceramah sebagai ruang edukasi publik yang mencerahkan dan inspiratif," cetus Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat ini lagi.

        Lanjut dikatakannya, setiap tokoh agama, ulama, dan penceramah agama mengemban tugas mulia sebagai pewaris para nabi (waratsatul ambiya) untuk melaksanakan tugas amar ma'ruf nahi munkar, yakni mengajak kebaikan serta mencegah kemungkaran melalui jalan dakwah.

        Zainut menegaskan, dalam melaksanakan tugas dakwah, penceramah harus dengan cara-cara yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, yaitu dengan hikmah penuh kebijaksanaan, mau'idhah hasanah dengan pesan-pesan yang baik, dan mujadalah hasanah, yakni berdiskusi atau bertukar pikiran dengan cara yang santun dan bijak.

        "Saya kira ketiga hal tersebut bersifat umum yang semua penceramah agama sudah sangat memahaminya. Hanya penerapannya saja yang dibutuhkan kesadaran dan tanggung jawab," terangnya.

        Dia mengingatkan, tidak boleh atas nama melaksanakan tugas dakwah yang mulia dengan mengungkapkan kata-kata yang kasar, menebarkan ujaran kebencian, hoaks, fitnah, adu domba, bersikap subjektif dan berlaku tidak adil.

        Baca Juga: Minta Maaf Pake Alasan 'Kesambet', Cak Nun 'Habis' Diceramahi Netizen: Hahaha... Ciut Juga Nyalinya

        Setiap penceramah agama hendaknya bersikap adil dan objektif dalam menilai seseorang. Jangan sampai karena kebencian atau ketidaksukaannya terhadap orang lain menjadikan tidak bisa berbuat adil.

        Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat Al Ma'idah ayat 8. "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, membuatmu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: