Surat 'Curhat' Tsai Ing-wen buat Paus Fransiskus, Ternyata China...
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan bahwa perang antara Taiwan dan China bukanlah suatu pilihan. Hal ini ia sampaikan melalui surat kepada Paus Fransiskus yang dikirim sebagai tanggapan atas pesan Paus pada Hari Perdamaian Dunia 1 Januari
Dalam surat yang dirilis pada Senin (23/1/2023) oleh kantornya, Tsai mengatakan perang di Ukraina telah membuat dunia menghargai nilai perdamaian. Menurutnya, menjaga keamanan regional telah menjadi konsensus penting.
Baca Juga: Duh, Begini Skenario Paling Buruk Soal Hidup dan Mati Rakyat Taiwan
"Dalam pidato Hari Nasional saya tahun lalu, saya menegaskan kembali bahwa perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan adalah dasar untuk pengembangan hubungan lintas-Selat dan konfrontasi bersenjata sama sekali bukan pilihan," kata Tsai.
Pemimpin itu mengatakan, hanya dengan menghormati desakan rakyat Taiwan pada kedaulatan dan kebebasan, maka hubungan yang sehat dengan Beijing dapat menjadi nyata.
"Hanya dengan menghormati komitmen rakyat Taiwan terhadap kedaulatan, demokrasi, dan kebebasan kami, dapat menjadi dasar untuk melanjutkan interaksi konstruktif di Selat Taiwan,” katanya, mengacu pada pidatonya pada 10 Oktober tahun lalu.
Tsai jug menulis surat kepada Paus Fransiskus bahwa Taiwan telah mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Ukraina. Pulau itu juga menyediakan masker dan peralatan pelindung ke banyak negara selama pandemi Covid-19, karena Taiwan berharap untuk memberikan yang lebih baik kepada dunia.
"Meskipun kami masih dikecualikan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kami yakin bahwa memimpin dalam memberikan kontribusi positif akan mendorong 'lingkaran kebaikan'," kata dia.
Taiwan berulang kali mengeluh bahwa pengecualiannya dari WHO karena tekanan China, telah menghambat upaya untuk memerangi pandemi Covid-19. Baik WHO maupun China telah membantahnya.
Sementara Vatikan adalah satu-satunya sekutu diplomatik Eropa Taiwan yang diklaim China dan Taipei telah menyaksikan dengan prihatin saat Paus Franciskus bergerak untuk memperbaiki hubungan dengan China. Pulau yang diperintah secara demokratis itu hanya memiliki hubungan formal dengan 14 negara, sebagian besar karena tekanan China.
China menggelar latihan perang di dekat Taiwan Agustus lalu. Beijing tidak pernah meninggalkan penggunaan kekuatan untuk menguasai pulau itu.
Taiwan menolak klaim kedaulatan China. Taipei mengatakan bahwa hanya 23 juta penduduk pulau itu yang dapat menentukan masa depan mereka.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: