Pencapaian produksi minyak sawit tahun 2022 tercatat lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono mengatakan, tahun 2022 tersebut merupakan tahun keempat berturut-turut di mana produksi cenderung turun atau stagnan sejak kelapa sawit diusahakan secara komersial di Indonesia.
Berdasarkan data GAPKI, diketahui total produksi minyak sawit sepanjang tahun 2022 tercatat turun tipis menjadi 51,248 juta ton dengan rincian produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) 46,729 juta ton dan minyak inti sawit mentah (crude palm kernel oil/CPKO) sebanyak 4,519 juta ton.
Baca Juga: Solusi Menyelesaikan Perkebunan Sawit Yang Diklaim Masuk Kawasan Hutan
Tingkat produksi minyak sawit yang menurun tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, secara teknis, cuaca ekstrem basah mengakibatkan aktivitas serangga penyerbuk dan kegiatan pupuk menjadi terganggu. Kedua, harga pupuk yang mahal dan sulit diperoleh mengganggu kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit.
Ketiga, pelarangan ekspor pada tahun 2022 menyebabkan buah tidak dapat dipanen tidak hanya pada periode pelarangan, tetapi juga pada beberapa bulan setelahnya ketika stok masih sangat tinggi. Keempat, program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang tidak mencapai target dan pertambahan luas areal yang secara total hanya 600 ribu hektare dalam 5 tahun terakhir akibat moratorium perizinan berusaha untuk kelapa sawit, menyebabkan hilangnya harapan kenaikan produksi dari tanaman-tanaman baru.
Kelima, harga yang sangat tinggi juga menyebabkan penundaan replanting oleh banyak pekebun sehingga porsi tanaman tua yang produktivitasnya lebih rendah menjadi lebih banyak.
Sementara itu, konsumsi dalam negeri tahun 2022 secara total mencapai 20,968 juta ton, lebih tinggi tahun 2021 yang sebesar 18,422 juta ton. Konsumsi ini didominasi untuk industri pangan sebanyak 9,941 juta ton yang lebih tinggi dari tahun 2021, bahkan juga lebih tinggi dari tahun 2019 atau sebelum pandemi Covid-19.
Volume ekspor tahun 2022 tercatat 30,803 juta ton atau lebih rendah dari tahun sebelumnya dan merupakan tahun keempat berturut-turut di mana ekspor turun dari tahun ke tahun. Nilai ekspor CPO dan produk turunannya tahun 2022 tercatat US$39,28 miliar, lebih tinggi dari tahun 2021 yang sebesar US$35,5 miliar.
Baca Juga: 2022, Sektor Sawit Sumbang Hampir Rp600 Triliun ke Kas Negara
Menariknya, peringkat Amerika Serikat dari peringkat 5 pada tahun 2020 meningkat menjadi peringkat 3 pada tahun 2022 sebagai negara pengimpor utama produk sawit Indonesia pada tahun 2022.
"Kondisi yang memengaruhi industri sawit sepanjang tahun 2022 diperkirakan masih akan memengaruhi kinerja sawit tahun 2023. Produksi diperkirakan masih belum akan meningkat, sementara konsumsi dalam negeri diperkirakan akan meningkat akibat penerapan kewajiban B35 mulai 1 Februari 2023," kata Joko Supriyono, dalam keterangan resminya, di Jakarta, Rabu (25/1).
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ellisa Agri Elfadina
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: