Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Hati-hati, Pengamat Bilang Teknologi Made in China Berpotensi Jadi Alat Mata-Mata

        Hati-hati, Pengamat Bilang Teknologi Made in China Berpotensi Jadi Alat Mata-Mata Kredit Foto: Reuters/Paul Yeung
        Warta Ekonomi, Beijing -

        Lembaga konsultan keamanan asal Amerika Serikat OODA Loop menyampaikan peringatan tentang perangkat elektronik buatan China yang berpotensi menjadi alat untuk mata-mata atau intelijen.

        OODA Loop dalam laporannya mengungkapkan China memasang mikrocip pada perangkat elektronik guna mengumpulkan data dan mentransmisikannya melalui jaringan 5G.

        Baca Juga: Bos LVMH Bernard Arnault Mengaku Optimis dengan Pasar China yang Dibuka Kembali: Ini Akan Menjadi Tahun yang Luar Biasa

        Perangkat elektronik yang sangat mungkin dilengkapi mikrocip rahasia itu meliputi laptop, pelantang yang dikendalikan suara, jam pintar atau smart watches, pengukur energi, kamera bel pintu, kamera tubuh untuk polisi, anjungan tunai mandiri (ATM), mobil, bahkan bak mandi air panas.

        “Saatnya bangun,” ujar Charles Parton yang menulis laporan OODA Loop tersebut. Charles Parton merupakan mantan diplomat Inggris.

        Dia berkarier sebagai diplomat selama 37 tahun, termasuk 22 tahun bertugas di China, Hong Kong, dan Taiwan. Parton pun mengingatkan pemerintah negaranya mencermati perangkat elektronik buatan China.

        “Negara-negara yang bebas dan terbuka seharusnya melarang modul IoT (internet of things, red) buatan China dari rantai pasokan sesegera mungkin,” tuturnya.

        Laporan OODA Loop mendedahkan tiga perusahaan China-Quectel, Fi.

        Parton menyebut pemerintah Inggris belum sadar soal itu. Menurut dia, China akan memperoleh banyak data dari perangkat elektronik buatannya yang dipakai di mancanegara.

        "China telah melihat peluang untuk mendominasi pasar ini dan jika itu terwujud akan bisa memanen banyak sekali data serta membuat negara asing bergantung padanya,” ulasannya.

        OODA merupakan singkatan dari observe (mengamati), orient (mengarahkan), decide (memutuskan), dan act (beraksi). Konsep itu dikembangkan oleh ahli strategi militer Angkatan Udara AS (USAF) John Boyd.

        Tentara berpangkat kolonel itu menerapkan strateginya tersebut untuk operasi tempur, terutama pada level operasional selama kampanye militer.

        Pendekatan itu lebih mengutamakan ketangkasan daripada kekuatan mentah dalam mengatasi lawan yang melakukan segala upaya.

        Kini, konsep OODA juga diterapkan untuk memahami tindakan komersial dan proses pembelajaran.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: