Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Indonesia Minta Amerika dan Eropa Enggak Usah Permasalahin Nikel: Jangan Bawa-bawa WTO

        Indonesia Minta Amerika dan Eropa Enggak Usah Permasalahin Nikel: Jangan Bawa-bawa WTO Kredit Foto: Flickr/European Parliament
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebut, negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan di Eropa agar tidak banyak ikut campur masalah energi hijau di Indonesia.

        Pasalnya, menurut dia, negara-negara yang berada di kawasan tersebut sudah habis sehingga tidak pantas mengatur lingkungan di Indonesia.

        Baca Juga: Gugatan di WTO Siap Dilawan Demi Hilirisasi, Jokowi: Ini Kedaulatan Kita!

        "Kalian yang negara hutannya sudah habis jangan mengajari kami mengatur lingkungan di Indonesia," ujar Bahlil dalam Mandiri Investment Forum 2023 di Hotel Fairmont pada Kamis (2/2/2023).

        Pemanasan global yang saat ini jadi salah satu isu dunia, kata Bahlil, juga menjadi salah satu efek dari ulah negara maju di masa lampau yang gencar melakukan industrialisasi dan mengabaikan dampak lingkungan.

        Sementara, negara berkembang seperti Indonesia yang kini tengah berusaha tumbuh dengan ekonomi hijau tengah menyiasati agar hal tersebut tidak terulang.

        "Ini terjadi satu anomali berpikir. Semua memaksa semua negara mendorong energi baru terbarukan. Investasi yang masuk ke negara berkembang 1/5 dari investasi energi hijau. Dimana keadilan itu terjadi," terangnya.

        "Kami lebih tahu itu, dan saya sudah berkomitmen bagaimana menjaga lingkungan. Maka kami melaksanakan hilirisasi. Misalnya, agar tidak jadi ilegal mining, tapi apa yang terjadi? Uni Eropa bawa kami ke WTO, nikel dipermasalahkan. Saya rasa ini tidak masuk akal," sambung dia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: