Soal Kegiatan Usaha Berkelanjutan Perbankan, Sektor Lingkungan Jadi yang Paling Rendah
Kepala Kampanye dan Pendidikan Publik TuK Indonesia, Linda Rosalina menyebut berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh TuK Indonesia dan Universitas Trisakti, sektor lingkungan menjadi yang terendah dari tiga aspek kategori kegiatan usaha berkelanjutan perbankan di Indonesia.
Adapun hal tersebut diketahui berdasarkan hasil riset mengenai evaluasi keuangan berkelanjutan tahun buku 2019-2021 yang bertujuan untuk mengetahui sesungguhnya sejauh mana bank menerapkan peraturan yang sudah mandatori yaitu POJK 51 tahun 2017.
Berdasarkan riset tersebut, Linda melihat untuk 37 perbankan di Indonesia yang terdiri dari tujuh Bank BUKU 4, 21 Bank BUKU 3, dan sembilan bank asing.
Baca Juga: TuK Indonesia Minta OJK Pastikan Klasifikasi Taksonomi Hijau Berjalan dengan Benar
"Informasi keuangan berkelanjutan dari laporan keberlanjutan, dari laporan tahunan perbankan maupun blendid antara keduanya. Dari tahun 2019 sampai 2021 dari empat aspek yang dimandatkan dalam POJK, kita melihat dari ekonomi lingkungan, sosial, dan tata kelola baik bank buku 4 dan 3 dan bank asing itu nilainya terus meningkat, di mana di antara empat aspek tersebut, lingkungan yang paling rendah," ujar Linda dalam Media Briefing, Rabu (8/2/2023).
Rendahnya aspek lingkungan tersebut ia menduga ada dua yang menjadi penyebab, salah satunya adalah pengetahuan dan wawasan terhadap lingkungan yang masih rendah.
"Bisa jadi tidak tahu atau memang tidak dijalankan karena basisnya memang disclosure," ujarnya.
Linda menyebut bahwa di dalam peta jalan keuangan berkelanjutan ada 12 kategori kegiatan usaha yang bisa didanai oleh perbankan, yaitu terkait dengan energi terbarukan, efisiensi energi, pencegahan dan pengendalian polusi, pengelolaan sumber daya alam dan lahan yang berkelanjutan, konservasi sumber daya hayati darat dan air, usaha transportasi ramah lingkungan, dan UMKM.
Dari sisi pengungkapan nilai kategori usaha 12 usaha berkelanjutan tersebut dari 2019 sampai 2021 itu memang terus meningkat, total pengungkapan nilai kategori usaha berkelanjutan itu sebesar Rp62 ribu triliun.
"Kalau kita cek itu yang paling signifikan di tahun 2021 dan bank Buku 3 itu yang mendominasi keseluruhan portofolionya, ini kami menduga karena saat itu ada merger tiga bank syariah besar, Bank Mandiri, BNI, dan BRI Syariah menjadi BSI dari sini sebenarnya kami melihat juga ada peningkatan awareness bank akan roadmap OJK," ungkapnya.
Lanjutnya, jika dilihat dari sisi presentase pembiayaan 12 kategori tadi memang yang paling besar porsinya ada di pembiayaan terhadap UMKM 87,15 persen atau Rp54 ribu triliun.
Kemudian 6,12 persen di produk ramah lingkungan, ketiga di 2,57 persen di usaha-usaha terkait pengelolaan sumber daya alam dan lahan berkelanjutan.
"Tentunya ketika kita melihat ini harusnya bank ke depan lebih merata membagi pembiayaan terhadap kategori lainnya, jadi bukan hanya UMKM dengan porsi besar. Kalau kita lihat pengungkapan terhadap 12 kategori usaha berkelanjutan itu hampir Rp3 ribu triliun dari 2019 sampai 2021 dan memang 77 persen di antaranya porsinya banyak di UMKM," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Djati Waluyo
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: