Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kawasan Ini Jadi Salah Satu Tujuan Ekspor Pasar Tradisional Potensial Sawit Indonesia

        Kawasan Ini Jadi Salah Satu Tujuan Ekspor Pasar Tradisional Potensial Sawit Indonesia Kredit Foto: Dok. ANJ.
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Uni Eropa telah menerbitkan kebijakan baru yakni Deforestation-Free Supply Chain (DFSC) pada 6 Desember 2022 lalu dan akan diimplementasikan pada tahun 2023 ini.

        Melalui kebijakan tersebut, Uni Eropa memastikan produk yang masuk dan dipasarkan merupakan produk yang tidak berkontribusi pada deforestasi atau degradasi hutan, baik yang terjadi di dalam kawasan negara tersebut maupun negara-negara lain.

        Baca Juga: Perjuangkan Sawit, Indonesia-Malaysia Sepakat Percepat Dialog ke Uni Eropa

        Dengan implementasi kebijakan tersebut, Uni Eropa menilai hal ini dapat menjadi kontribusi dalam penurunan deforestasi global.

        "Berbagai kebijakan proteksionisme perdagangan yang diterapkan oleh Uni Eropa untuk produk sawit, menimbulkan risiko ketidakpastian perdagangan yang dihadapi oleh eksportir. Di sisi lain, impor dan konsumsi minyak sawit Uni Eropa juga menunjukkan tren penurunan selama beberapa tahun terakhir," catat laporan PASPI. 

        Baca Juga: Kelapa Sawit, Komoditas Strategis Masa Depan Perekonomian Indonesia

        Terkait hal ini, Indonesia sebagai salah satu eksportir produk sawit ke pasar Uni Eropa perlu menyusun strategi mitigasi atas kebijakan dan hambatan perdagangan. Strategi mitigasi yang dimaksud ialah mencari pengganti pasar Uni Eropa sebagai tujuan ekspor kelapa sawit Indonesia.

        Melansir laman Palm Oil Indonesia, Afrika yang memiliki populasi sebanyak 1,4 miliar orang dengan perekonomian yang diperkirakan menunjukkan tren positif diindikasikan menjadi salah satu tujuan ekspor potensial bagi industri kelapa sawit Indonesia.

        Tidak hanya itu, peningkatan pengeluaran konsumen maupun perkembangan aktivitas industri di kawasan Afrika, catat laporan PASPI, membuat perekonomian kawasan ini bertumbuh signifikan pada tahun 2050. 

        Baca Juga: HPN 2023: Pers Mainkan Peran Besar Bangun Image Positif Industri Sawit Nasional

        "Hal ini juga menunjukkan bahwa pasar Afrika adalah pasar non-tradisional yang berpotensi besar bagi industri sawit Indonesia dan global saat ini maupun di masa depan," catat laporan PASPI. 

        Dalam laporan PASPI juga disebutkan, meskipun kelapa sawit merupakan tanaman asli yang berasal dari hutan di Afrika Barat, namun impor minyak sawit ke kawasan Afrika menunjukkan tren peningkatan seiring dengan bertambahnya populasi penduduk dan perkembangan ekonomi.

        Baca Juga: Kelapa Sawit Kena Diskriminasi, Indonesia-Malaysia Langsung Bersinergi Demi Bersiap Lawan Eropa

        Ekspor minyak sawit Indonesia ke negara-negara di kawasan Afrika memiliki tren positif selama lima tahun terakhir dengan rata-rata volume sebesar 3,35 juta ton dengan nilai ekspor sebesar USD2,15 miliar per tahun.

        "Harga minyak sawit dan produk olahannya yang relatif lebih kompetitif dibandingkan minyak nabati lain, menjadi keunggulan yang dapat dijual kepada konsumen di kawasan Afrika yang relatif price elastic, di mana harga menjadi komponen utama dalam memutuskan untuk membeli/mengonsumsi suatu produk," catat laporan PASPI. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Ayu Almas

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: